Pages

Rabu, 13 November 2013

UTS BAGI OFF A DAN OFF B SUDAH DITUTUP


Malang, 19 November 2013.

Mohon disampaikan kepada masing-masing ketua kelas agar diberitahu kepada teman-teman Off A dan Off B untuk UTS sebagai tugas Individu, sudah saya tutup...

atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih...

-Habib Prastyo-

MATERI 7. PENGGUNAAN/APLIKASI TEORI DIFUSI INOVASI BAGI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT).

CONTOH PENGGUNAAN APLIKASI TEORI DIFUSI INOVASI PLS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS ELEKTRONIK (E-LEARNING)
 
A.          Hakikat Pembelajaran Berbasis Elektronik (e-learning)
1.      Pengertian E-Learning
       E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Dengan kata lain e-learning adalah pembelajaran yang dalam pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelite atau komputer.(Tafiardi, 2005).
Sejalan dengan itu, Onno W. Purbo (dalam Amin, 2004) menjelaskan bahwa istilah “e” dalam e-learning adalah segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Internet, satelit, tape audio/video, tv interaktif, dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan. Pengajaran boleh disampaikan pada waktu yang sama (synchronously) ataupun pada waktu yang berbeda (asynchronously).

MATERI 6. PERANAN PEMIMPIN/TOKOH MASYARAKAT DALAM PROSES ADOPSI INOVASI;





Hanafi (dalam Rogers: 35) berpendapat proses difusi merupakan proses pengkomunikasian inovasi melalui saluran-saluran dalam waktu tertentu bagi para anggota sistem sosial. Pada proses menyebaran pesan-pesan dari gagasan baru, diperlukan kerjasama antara pemberi pembaharuan dengan peranan pemimpin atau tokoh masyarakat dan masyarakat yang menerima perubahan tersebut.
              Proses penyebaran pesan tersebut dapat ditindaklajuti dengan adanya keputusan inovasi dapat dilakukan dengan usaha pemberian dan pemprosesan informasi digunakan untuk mengatasi ketidakpastian mengenai inovasi. Proses keputusan inovasi tersebut ini dapat mengarah pada penerimaan yang disebut dengan adopsi, yaitu merupakan proses suatu keputusan untuk sepenuhnya menggunakan inovasi sebagai cara terbaik atau mengarah pada penolakan yaitu keputusan untuk tidak menggunakan inovasi. Proses mengadopsian inovasi dapat ditandai dengan 5 langkah pokok yaitu sebagai berikut: (1) pengenalan, (2) persuasi, (3) keputusan, (4) pelaksanaan dan (5) konfirmasi.

MATERI 5. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KECEPATAN ADOPSI INOVASI,


FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KECEPATAN ADOPSI INOVASI
Sejalan dengan semakin berkembangnya penerapan ilmu penyuluhan pembangunan di Indonesia, studi-studi tentang adopsi inovasi kian menarik untuk terus dikaji, terutama kaitannya dengan kegiatan pembangunan pertanian yang dilaksanakan. Bahkan, selama selang waktu 10 tahun, setidaknya ada dua karya disertasi yang mengkaji proses adopsi inovasi, yaitu yang dilakukan oleh Herman Soewardi (1976) dan Dudung Abdul Adjid (1985).

Semakin pentingnya kajian tentang adopsi inovasi tersebut, antara lain disebabkan karena, sejak dimulainya "revolusi hijau" di Indonesia pada awal dasawarsa tujuh-puluhan, pembangunan pertanian lebih memusatkan perhatiannya kepada peningkatan mutu intensifikasi yang diupayakan melalui penerapan inovasi-inovasi, baik yang berupa inovasi-teknis (mulai panca-usaha, sapta-usaha, sampai sepuluh jurus teknologi) maupun inovasi-sosial (usahatani berkelompok, melalui Insus dan Supra Insus).

MATERI 4. TIGA MODEL KEPUTUSAN PROSES ADOPSI INOVASI (PILIHAN/PERSONAL, KOLEKTIF,DAN OTORITAS);


PROSES KEPUTUSAN INOVASI

Rogers mengambarkan the innovation decision process (proses keputusan inovasi) sebagai kegiatan individu untuk mencari dan memproses informasi tentang suatu inovasi sehingga dia termotivasi untuk mencari tahu tentang keuntungan atau kerugian dari inovasi tersebut yang pada akhirnya akan memutuskan apakah dia akan mengadopsi inovasi tersebut atau tidak. Untuk memutuskan hal tersebut terjadi melalui selective exposure dan selective perception. Selective exposure ialah kecendrungan seseorang untuk membuka dirinya atas ide-ide yang bertentangan dengan dirinya sehingga ia menyeleksi pesan-pesan yang datang pada dirinya. Selective Perception kecendrungan seseorang untuk menanggapi atau memperhatikan segala pesan yang datang pada dirinya sesuai dengan kebutuhanya. Contohnya, hamper setiap hari kita dihadapkan dengan ratusan iklan media masa(Elektronik dan cetak) tentang produk-produk baru. Akan tetapi sedikit sekali atas sekian pesan tersebut yang kita tanggapi dan kita perhatikan.

MATERI 3. MODEL UMUM PROSES DIFUSI INOVASI

MODEL UMUM PROSES ADOPSI INOVASI;  

Adalah Everett M. Rogers yang memperkenalkan sebuah model komunikasi yang kemudian disebut sebagai Diffusion of Innovations model atau Model difusi inovasi yang kemudian banyak digunakan sebagai pendekatan dalam komunikasi pembangunan. Pada awalnya ia terinspirasi dari pemikiran seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini menggambarkan bagaimana inovasi diadopsi dengan menggunakan dua sumbu, sumbu pertama menggambarkan tingkat adopsi sedangkan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu. Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”.

Teori Difusi Inovasi adalah teori yang menjelaskan proses suatu inovasi disampaikan melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”


Berikut adalah bagan model proses difusi inovasi menurut Everett M. Rogers

1.    Tahap Pengetahuan (Knowledge)

Ada beberapa sumber yang menyebutkan tahap pengetahuan sebagai tahap “Awareness”. Tahap ini merupakan tahap penyebaran informasi tentang inovasi baru, dan saluran yang paling efektif untuk digunakan adalah saluran media massa. Dalam tahap ini kesadaran individu akan mencari atau membentuk pengertian inovasi dan tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi. Rogers mengatakan ada tiga macam pengetahuan yang dicari masyarakat dalam tahapan ini, yakni:

MATERI 2. KONSEP DASAR DIFUSI INOVASI DALAM KAJIAN KOMUNIKASI;


Konsep Dasar Difusi Inovasi

Hanafi (dalam Rogers: 35) berpendapat proses difusi merupakan proses pengkomunikasian inovasi melalui saluran-saluran dalam waktu tertentu bagi para anggota sistem sosial. Pada proses menyebaran pesan-pesan dari gagasan baru, diperlukan kerjasama antara pemberi pembaharuan dengan peranan pemimpin atau tokoh masyarakat dan masyarakat yang menerima perubahan tersebut.