PROSES KEPUTUSAN INOVASI
Rogers mengambarkan the
innovation decision process (proses keputusan inovasi) sebagai kegiatan
individu untuk mencari dan memproses informasi tentang suatu inovasi sehingga
dia termotivasi untuk mencari tahu tentang keuntungan atau kerugian dari
inovasi tersebut yang pada akhirnya akan memutuskan apakah dia akan mengadopsi
inovasi tersebut atau tidak. Untuk memutuskan hal tersebut terjadi melalui selective exposure dan selective perception. Selective exposure
ialah kecendrungan seseorang untuk membuka dirinya atas ide-ide yang
bertentangan dengan dirinya sehingga ia menyeleksi pesan-pesan yang datang pada
dirinya. Selective Perception kecendrungan seseorang untuk menanggapi atau
memperhatikan segala pesan yang datang pada dirinya sesuai dengan kebutuhanya.
Contohnya, hamper setiap hari kita dihadapkan dengan ratusan iklan media
masa(Elektronik dan cetak) tentang produk-produk baru. Akan tetapi sedikit
sekali atas sekian pesan tersebut yang kita tanggapi dan kita perhatikan.
Keputusan inovasi adalah proses mental, sejak seseorang
mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau
menolaknya dan mengukuhkannya. Keputusan inovasi merupakan suatu tipe pengambilan
keputusan yang khas, keputusan ini mempuyai ciri-ciri tersendiri yang tak
diketemukan dalam situasi pembuatan keputusan yang lainnya.
Ada beberapa tipe
keputusan inovasi, yaitu :
1. Keputusan
inovasi otoritas ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi,
berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang
mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada
anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak
mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat keputusan inovasi. Para anggota
sistem sosial tersebut hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit
pengambil keputusan misalnya, seorang pimpinan perusahaan memutuskan agar sejak
tanggal 1 maret semua pegawai harus memakai seragam hitam putih. Maka semua
pegawai sebagai anggota sistem sosial di perusahaan itu harus melaksanakan apa
yang telah diputuskan oleh atasannya.
2. Keputusan individual, yaitu keputusan di mana individu
yang bersangkutan ambil peranan dalam
pembuatannya.
Keputusan
individual ini terbagi dua macam :
a. keputusan inovasi opsional yakni pemiulihan untuk menerima atau menolak
inovasi berdasarkan keputusan yang di tentukan oleh individu secara mandiri
tanpa tergantung atau terpengaruh dorongananggota system yang lain namun
berdasarkan norma system social maupun hasil komunikasi dengan anggota system
social yang lain.
b. Keputusan
inovasi kolektif ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi,
berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan
antara anggota sistem sosial. Semua anggota sistem sosial harus mentaati
keputusan bersama yang telah dinuatnya. Misalnya, atas kesepakatan warga
masyarakat di setiap RT untuk tidak membuang sampah di sungai, yang kemudian
disahkan pada rapat antar ketua RT dalam suatu wilayah RW. Maka konsekuensinya
semua warga RW tersebut harus mentaati keputusan yang telah dibuat tersebut,
walaupun mungkin secara pribadi masih ada beberapa individu yang masih merasa
keberatan. Dalam tahap ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang
telah diambilnya, dan menarik
keputusannya sendiri jika diperoleh informasi yang bertentangan dengan
informasi semula. Orang yang merasa didalam dirinya terdapat sesuatu yang tidak
sesuai atau tidak selaras disebut disonansi,dalam hubungannya dnegan difusi
inovasi, usaha mengurangi disonansi dapat terjadi:
·
Apabila seseorang menyadari akan
sesuatu kebutuhan dan berusaha mencari sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya
tersebut.
·
Apabila seseorang mengetahui tentang
inovasi dan bersikap menyenangi inovasi tersebut, tetapi belum memutuskan
keputusan untuk menerima inovasi tersebut.
·
Setelah seseorang menetapkan menerima
atau menolak inovasi tersebut.
Sebagai tambahan dari ketiga tipe keputusan di atas, ada
keputusan yang di sebut keputusan kontingen, yakni pemilihan menerima atau menolak suati inovasi,
baru dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya.
Misalnya di sebuah Perguruan Tinggi, seorang dosen tidak mungkin untuk memutuskan
secara opsional untuk memakai komputer sebelum didahului keputusan oleh
pimpinan fakultasnya untuk melengkapi peralatan fakultas dengan komputer. Jadi
ciri pokok dari keputusan inovasi kontingan ialah digunakannya dua atau lebih keputusan inovasi secara bergantian
untuk menangani suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan
dapat keputusan opsional, kolektif atau otoritas.
Daftar
pustaka
http://zukhrufarisma.wordpress.com/2012/01/25/proses-keputusan-inovasi-proses-inovasi-pendidikan/ diakses pada tanggal 11 november 2013
di akses pada tanggal 11 november 2013
0 komentar:
Posting Komentar