Pages

Rabu, 13 November 2013

MATERI 6. PERANAN PEMIMPIN/TOKOH MASYARAKAT DALAM PROSES ADOPSI INOVASI;





Hanafi (dalam Rogers: 35) berpendapat proses difusi merupakan proses pengkomunikasian inovasi melalui saluran-saluran dalam waktu tertentu bagi para anggota sistem sosial. Pada proses menyebaran pesan-pesan dari gagasan baru, diperlukan kerjasama antara pemberi pembaharuan dengan peranan pemimpin atau tokoh masyarakat dan masyarakat yang menerima perubahan tersebut.
              Proses penyebaran pesan tersebut dapat ditindaklajuti dengan adanya keputusan inovasi dapat dilakukan dengan usaha pemberian dan pemprosesan informasi digunakan untuk mengatasi ketidakpastian mengenai inovasi. Proses keputusan inovasi tersebut ini dapat mengarah pada penerimaan yang disebut dengan adopsi, yaitu merupakan proses suatu keputusan untuk sepenuhnya menggunakan inovasi sebagai cara terbaik atau mengarah pada penolakan yaitu keputusan untuk tidak menggunakan inovasi. Proses mengadopsian inovasi dapat ditandai dengan 5 langkah pokok yaitu sebagai berikut: (1) pengenalan, (2) persuasi, (3) keputusan, (4) pelaksanaan dan (5) konfirmasi.

Pada proses pengadopsian inovasi diperlukan seseorang yang mempunyai peranan dimasyarakat agar proses pengadopsian berjalan dengan baik. Anggota masyarakat yang beperan sebagai tokoh atau pemimpin dapat memberikan informasi dan nasehat kepada banyak orang di dalam sistem itu mengenai inovasi.
Menurut Rost (dalam Rogers, 1994) pemimpin atau tokoh masyarakat mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya. Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses-proses mempengaruhi, yang mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari sasaran bagi kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas kerja untuk mencapai sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerjasama atau teamwork, serta perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi.
     
     Proses terjadinya pengadopsian inovasi

Inovasi berkaitan dengan aktivitas penciptaan perubahan dan perbaikan. Perubahan bertujuan mengenalkan sesuatu yang baru dengan menggantikan yang lama menuju ke suatu hal yang lebih baik. Perubahan merupakan sebuah proses yang pasti terjadi,tujuannya adalah menyesuaikan  atau survive dengan perkembangan yang terjadi baik di dalam lingkungan internal maupun eksternal. Inovasi membutuhkan peranan pemimpin atau tokoh masyarakat agar lebih cepat diterima oleh suatu masyarakat
Hubungan Pemimpinan Atau Tokoh Masyarakat Terhadap Pengadopsian Inovasi
Pemimpin dan inovasi adalah dua hal yang harus selalu beriringan. Artinya, di mana ada pemimpin maka di sana ada inovasi dan gagasan baru, harus ada rencana perbaikan. Jadi, untuk melakukan hal tersebut seorang pemimpin harus mengetahui konteks dan situasi dari institusi yang dipimpinnya. Setiap gagasan atau ide harus dipelajari secara mendalam, sehingga inovasi dan gagasan baru yang muncul dapat dilaksanakan dengan baik. sebelum membahas kepemimpinan alangkah baiknya kita membahas agen pembaharu:



AGEN PEMBAHARU

1. Pengertian Agen Pembaharu

Agen pembaharu (chage agent) adalah orang yang bertugas mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (change agency). Pekerjaan ini mencakup berbagai macam pekerjaan seperti guru, konsultan, penyuluh kesehatan, penyuluh pertanian dan sebagainya. Semua agen pembaharu bertugas membuat jalinan komunikasi antara pengusaha pembaharuan (sumber inovasi) dengan system klien (sasaran inovasi).

Tugas utama agen pembaharu adalah melancarkan jalannya arus inovasi dari pengusaha pembaharuan ke klien. Proses komunikasi ini akan efektif jika inovasi yang disampaikan ke klien harus dipilih sesuai dengan kebutuhannya atau sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Agar jalinan komunikasi dalam proses difusi ini efektif, umpan balik dari system klien harus disampaikan kepada pengusaha pembaharuan melalui agen pembaharu. Dengan umpan balik ini pengusaha pembaharuan dapat mengatur kembali bagaimana sebaiknya agar komunikasi lebih efektif.

Jika tidak terdapat kesenjangan sosial dan teknik antara pengusaha pembaharuan dan klien dalam proses difusi inovasi, maka tidak perlu agen pembaharu. Tetapi biasanya pengusaha pembaharu adalah orang-orang ahli dalam inovasi yang sedang didifusikan, oleh karena itu terjadi kesenjangan pengetahuan sehingga dapat terjadi hambatan komunikasi. Disinilah pentingnya agen pembaharu untuk penyampaian difusi inovasi agar dapat mudah diterima oleh klien.

Agen pembaharu harus mampu menjalin hubungan baik dengan pengusaha
pembaharuan dan juga dengan system klien. Adanya kesenjangan heterophily pada kedua sisi agen pembaharu dapat menimbulkan masalah dalam komunikasi. Sebagai penghubung antara kedua system yang berbeda sebaiknya agen pembaharu bersikap marginal, ia berdiri dengan satu kaki pada pengusaha pembaharu dan satu kaki yang lain pada klien.
Keberhasilan agen pembaharu dalam melancarkan proses komunikasi antara pengusaha pembaharu dengan klien, merupakan kunci keberhasilan proses difusi inovasi. Selain itu agen pembaharu melakukan seleksi informasi untuk dapat disesuaikan dengan masalah dan kebutuhan klien.

2. Fungsi dan Tugas Agen Pembaharu

Fungsi utama agen pembaharu adalah sebagai penghubung antara pengusaha
pembaharuan (change agency) dengan klien, tujuannya agar inovasi dapat diterima atau diterapkan oleh klien sesuai dengan keinginan pengusaha pembaharuan. Kunci keberhasilan diterimanya inovasi oleh klien terutama terletak pada komunikasi antara agen pembaharu dengan klien. Jika komunikasi lancer dan efektif proses penerimaan inovasi akan lebih cepat dan makin mendekati tercapainya tujuan yang diinginkan. Sebaliknya jika komunikasi terhambat makin tipis harapan diterimanya inovasi. Oleh karena tugas utama yang harus dilakukan agen pembaharu adalah memantapkan hubungan dengan klien. Kemantapan hubungan antara agen pembaharu dengan klien, maka komunikasi akan lebih lancar.

Rogers, mengemukakan ada tujuh langkah kegiatan agen pembaharu dalam pelaksanaan tugasnya inovasi pada system klien, sebagai berikut.

1. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah. Biasanya agen pembaharu pada awal tugasnya diminta untuk membantu kliennya agar mereka sadar akan perlunya perubahan.Agen pembaharu mulai dengan mengemukakan berbagaimasalah yang ada, membantu menemukan masalah yang penting dan mendesak, serta meyakinkan klien bahwa mereka mampu memecahkan masalah tersebut. Pada tahap ini agen pembaharu menentukan kebutuhan klien dan juga membantu caranya menemukan masalah atau kebutuhan dengan cara konsultatif
2. Memantapkan hubungan pertukaran informasi. Sesudah ditentukannya kebutuhan untuk berubah, agen pembaharu harus segera membina hubungan yang lebih akrab dengan klien. Agen pembaharu dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik kepada klien dengan cara menumbuhkan kepercayaan klien pada kemampuannya, saling mempercayai dan juga agen pembaharu harus menunjukan empati pada masalah dan kebutuhan klien
3. Mendiagnosa masalah yang dihadapi. Agen pembaharu bertanggung jawab untuk
menganalisa situasi masalah yang dihadapi klien, agar dapat menentukan berbagai
alternatif jika tidak sesuai kebutuhan klien. Untuk sampai pada kesimpulan diagnosa agen pembaharu harus meninjau situasi dengan penuh emphati. Agen pembaharu melihat masalah dengan kacamata klien, artinya kesimpulan diagnosa harus berdasarkan analisa situasi dan psikologi klien, bukan berdasarkan pandangan pribadi agen pembaharu.
4. Membangkitkan kemauan klien untuk berubah. Setelah agen pembaharu menggali berbagai macam cara yang mungkin dapat dicapai oleh klien untuk mencapai tujuan, maka agen pembaharu bertugas untuk mencari cara memotivasi dan menarik perhatian agar klien timbul kemauannya untuk berubah atau membuka dirinya untuk menerima inovasi. Namun demikian cara yang digunakan harus tetap berorientasi pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien jangan terlalu menoinjolkan inovasi.
5. Mewujudkan kemauan dalam perbuatan. Agen pembaharu berusaha untuk mempengaruhi tingkah laku klien dengan persetujuan dan berdasarkan kebutuhan klien jadi jangan memaksa. Dimana komunikasi interpersonal akan lebih efektif kalau dilakukan antar teman yang dekat dan sangat bermanfaat kalau dimanfaatkan pada tahap persuasi dan tahap keputusan inovasi. Oleh kerena itu dalam hal tindakan agen pembaharu yang paling tepat menggunakan pengaruh secara tidak langsung, yaitu dapat menggunakan pemuka masyarakat agar mengaktifkan kegiatan kelompok lain.
6. Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak berkelanjutannya inovasi.
Agen pembaharu harus menjaga kestabilan penerimaan inovasi dengan cara penguatan kepada klien yang telah menerapkan inovasi. Perubahan tingkah laku yang sudah sesuai dengan inovasi dijaga jangan sampai berubah kembali pada keadaan sebelum adanya inovasi.
7. Mengakhiri hubungan ketergantungan. Tujuan akhir tugas agen pembaharu adalah dapat menumbuhkan kesadaran unrtuk berubah dan kemampuan untuk merubah dirinya, sebagai anggota system social yang selalu mendapat tantangan kemajuan jaman. Agen pembaharu harus berusaha mengubah posisi klien dari ikatan percaya pada kemampuan agen pembaharu menjadi bebas dan percaya kepada kemampuan sendiri.

3. Faktor-faktor Keberhasilan Agen Pembaharu
Mengapa agen pembaharu berhasil dengan baik sedangkan yang lain tidak? Para akhli telah mencoba menjawab pertanyaan ini. Berdasarkan hasil penelitian maupun pengamatan terhadap berbagai proyek difusi inovasi dan hasilnya dirumuskan dalam bentuk generalisasi atau kesimpulan umum. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen pembaharu, berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:

1). Usaha agen pembaharu , Sebagai indicator untuk mengetahui kegigihan usaha yang dilakukan agen pembaharu. Sebagai indikator untuk mengetahui kegigihan (besarnya) usaha agen pembeharu ialah : jumlah klien yang dihubungi untuk berkomunikasi, banyaknya waktu yang digunakan untuk berpartisipasi di desa (tempat tinggal) klien dibandingkan dengan waktu di kantor atau di rumah sendiri, banyaknya keaktifan yang dilakukan dalam proses difusi inovasi, ketepatan memilih waktu untuk berkomunikasi dengan klien dan sebagainya. Makin banyak jumlah klien yang dihubungi, makin banyak waktu yang digunakan di tempat tinggal klien, makin banyak keaktifan yang dilakukan dalam proses difusi dan makin tepat agen pembeharu memilih waktu untuk berkomunikasi dengan klien, dikatakan makin gigih atau makin besar usaha klien untuk kontak dengan klien. Dari berbagai bukti dirumuskan generalisasi bahwa Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan besarnya usaha mengadakan kontak dengan klien.

2). Orientasi pada klien. Sebagaimana telah kita ketahui posisi agen pembeharu berada ditengah-tengah antara pengusaha pembeharuan dan sistem klien. Agen pembeharu harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada pengusaha pembeharuan, tetapi dilain pihak ia juga harus bekerja bersama dan untuk memenuhi kepentingan klien. Agen pembeharu akan mengalami kesukaran jika apa yang diminta oleh pengusaha pembeharu tidak sesusai dengan kebutuhan klien. Namun demikian agen pembaharu akan berhasil melaksanakan tugasnya jika
ia mampu untuk mengambil kebijakan dengan lebih berorientasi pada klien. Agen pembaharu harus menunjukan keakraban dengan klien, memperhatikan kebutuhan klien, sehingga memperoleh kepercayaan yang tinggi dari klien. Dengan dasar hubungan yang baik itu agen pembaharu dapat mengambil kebijakan menyesuaikan kebutuhan klien dengan kemauan pengusaha Pembaharuan. Tetapi jika agen pembeharu tampat berorientasi pada pengusaha pembaharuan, maka akan dianggap lawan oleh klien dan sama sekali tidak dapat mengadakan kontak atau komunikasi. Dari berbagai bukti hasil pengamatan dan penelitian dirumuskan generalisasi (2). Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan orientasi pada klien dari pada orientasi pada pengusaha pembaharuan.

3).Sesuai dengan kebutuhan klien. Salah satu tugas agen pembaharu yang sangat penting dan sukar melaksanakannya ialah mendiagnosa kebutuhan klien. Banyak terbukti usaha difusi inovasi gagal karena tidak mendasarkan kebutuhan klien, tetapi lebih mengutamakan pada target inovasi sesuai kehendak pengusaha pembaharuan. Sebagai contoh, disebuah desa suku Indian, mendapat dana dari pemerintah untuk membangu irigasi agar dapat meningkatkan hasil pertaniannya. Tetapi sangat dibutuhkan orang di desa itu tendon air untuk minum, karena
mereka harus berjalan sejauh 3 km untuk mendapatkan air sungai. Maka akhirnya penduduk membangun waduk air bukan di sawah tetapi didekat desa dan menggunakan air itu untuk minum bukan untuk irigasi. (Rogers, 1983, hal 320)

Dari berbagai bukti itu, dirumuskan generalisasi (3). „Keberhasilan agen pembaharu
berhubungan positif dengan kesesuaian program difusi dengan kebutuhan klien.

4). Emphati. Seperti telah kita ketahui bahwa emphati akan mempengaruhi efektifitas komunikasi. Komunikasi yang efektif akan mempercepat diterimanya inovasi. Generalisasi (4) „Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan emphatic terhadapat klien. Perlu diperhatikan bahwa makin banyak perbedaan antara agen pembaharu dengan klien makin sukar agem pembaharu menunjukan emphatic. Untuk mengatasi hal ini biasanya diadakan pemilihan calon agen pembaharu dipilihkan orang yang mempunyai latar belakang kehidupan sesuai dengan klien dimana agen pembaharu akan bekerja.

5).Homophily. Sebagaimana telah kita ketahui yang dimaksud dengan homophily ialah pasangan individu yang berinteraksi dengan mimiliki ciri-ciri atau karakteristik yang sama (sama bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan sebagainya). Heterophily ialah pasangan individu yang berinteraksi dengan memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda. Biasanya agen pembaharu yang berbeda dengan klien lebih disegani, dan lebih suka mengadakan dengan klien yang memiliki persamaan dengan dia. Dari pernyataan umum ini melahirkan serangkaian generelisasi yang ditunjang dengan bukti-bukti berdasarkan pengalaman para ahli. Generalisasi (5) „Kontak
yang dilakukan agen pembaharu berhubungan positif dengan status sosial antara klien.. Generalisasi (6) „Kontak yang dilakulkan agen pembaharu berhubungan positif dengan besarnya partisipasi social antar klien.
Generalisasi (7) „Kontak yang dilakukan agen pembaharu berhubungan positif dengan tingginya tingkat pendidikan antara klien.. Generalisasi (7) „Kontak yang dilakukan asgen pembaharu, berhungan positif dengan sifat cosmopolitan antara klien. Generalisasi tersebut berdasarkan pemikiran bahwa kontak komunikasi antara agen pembaharu dengan klien akan lebih efektif jika homophily..

6).Kontak agen pembaharu dengan klien yang berstatus lebih rendah. Sebenarnya klien yang kurang mampu ekonominya, rendah pendidikannya, harus mendapat lebih banyak bantuan dan bimbingan dari agem pembaharu. Tetapi sesuai dengan prinsip homophily maka justru agen pembaharu lebih banyak kontak dengan klien yang berstatus lebih tinggi baik pendidikan maupun ekonominya. Sehingga dapat tibul pendapat yang kurang benar dari agen pembaharu yang menyatakan bahwa klien yang berstatus lebih rendah tidak termasuk tanggungjawabnya dalam
pelaksanaan difusi inovasi. Jika ini terjadi maka akibatnya makin parah, karena makin terbuka kemungkinan klien yang berstatus lebih rendah tidak terjamah sama sekali oleh bantuan agen pembaharu. Salah satu cara untuk mengatasi dengan jalan memilih pembaharu yang sedapat mungkin sama dengan klien atau paling tidak mendekati, misalnya sama daerahnya, sama bahasanya, sama kepercayaannya dan sebagainya. Dengan dasar itu maka dirumuskan generalisasi (9).Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan klien yang homophily..

Dalam pelaksanaan difusi inovasi sering diadakan latihan atau penataran agen pembaharu. Dalam penataran atau latihan itu diberi petunjuk tentang cara pelaksanaan penyebaran inovasi dengan berbagai macam teknik yang dianggap relevan dengan klien. Tetapi tidak selalu menunjukan bahwa hasil latihan akan meningkatkan kemampuan dalam penampilan berkomunikasi dengan klien, bahkan makin tinggi jarak pengetahuan agen pembaharu dengan klien. Jadi terjadi masalah hubungan agen pembaharu dengan klien heterophily. Salah satu cara mengatasi ini dengan mengadakan pembantu propesional.

7).Pembantu para-profesional. Pembantu para-propesional ialah orang yang bertugas membantu agen pembaharu agar terjadi kontak dengan klien yang berstatus lebih rendah. Pembantu paraprofesional dari segi pengetahuan tentang inovasi dan teknik penyebaran inovasi, kurang dari agen pembaharu. Tetapi dengan mengangkat pembantu para-propesional ada keuntungannya yaitu biaya lebih rendah dapat kontak dengan klien yang berstatus lebih rendah dari agen
pembaharu, karena para pembantu para-propesional lebih dekat dengan klien (homophily).

8).Kepercayaan klien terhadap agen pembaharu (credibility). Pembantu agen pembaharu (aide) kurang memperoleh kepercayaan dari klien , jika ditinjau dari segi kompentensi professional karena ia memang kurang profesional . Tetapi pembantu agen pembaharu, memiliki kepercayaandari klien karena adanya hubungan yang akrab sehingga tidak timbul kecurigaan. Klien percaya pada pembantu agen pembaharu karena keyakinannya akan membawa kebaikan bagi dirinya, yang dise but: kepercayaan, keselamatan (Savety, credibility) . Pada umumnya agen
pembaharu (professional dan hetrophily) memiliki kepercayaan kompetensi (competency credibility), sedangkan pembantu agen pembaharu ( tidak professional dan homophily) memiliki kepercayaan keselamatan (savety, credibility). Seharusnya agen pembaharu yang ideal harus memiliki kedua kepercayaan tersebut secara seimbang. Tetapi hal ini sukar diperoleh, karena jika agen pembaharu itu professional berarti ia sarjana yang menguasai ilmu dan teknik, maka timbul
perbedaan dengan klain yang berpendidikan rendah (heterophily). Salah satu cara untuk mengatasi ini dengan jalan mengangkat orang yang telah menerima dan menerapkan inovasi, sebagai pembantu agen pembaharu mempengaruhi teman-temannya ( anggota system klien yang lain) untuk menerima inovasi. Cara ini telah terbukti berhasil di India dalam difusi inovasi keluarga berencana dengan cara pasektomi. Pengusahaq pembaharu memberi upah kepada orang yang
sudah melaksanakan vasektomi yang mau dijadikan Canvasser ( membantu mencari pengikut KB) Ternyata canvasser di India ini memiliki keseimbangan antara kepercayaan kompetensi dan kepercayaan keselamatan. Ia dimata klien telah memiliki kopetensi karena telah berpengalaman manjalani operasi vasektomi. Canvasser juga memperoleh kepercayaan keselamatan, karena ia
memiliki banyak persamaan dengan klien (homophiliy), sama dari status ekonomi lemah, sama tingkat pendidikannya, sama asal daerahnya, sama bahasanya dan sebagainya. Jadi canvasser di India berhasil karena pembantu agen pembaharu memiliki keseinbangan kepercayaan baik kompetensi maupun keselamatan, dan ditambah lagi biaya honorariumnya lebih murqah dari pada agen pembaharu yang professional. Dengan pengalaman itu dirumuskan generalisasi Keberhasilan agen pembeharu berhubung positif dengan kepercayaan (credibility)dari sudut pandang klien.

9).Profesional semu. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembantu agen pembaharu dapat memberikan beberapa keuntungan seperti biaya operasional rendah, dan dapat menjebatani kesenjangan heterophily, namum tidak berarti bahwa agen pembaharu lalu sama sekali tidak diperlukan. Agen pembaharu tetap masih sangat dibutuhkan untuk menatar atau mamilih pembantu agen pembaharu, engadakan super visi, dan juga membantu mencegah masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh pembantu agen pembaharu. Satu masalah yang sering dijumpai pembantu agen pembaharu aialah timbulnya professional semu yang terjadi karena pembantu
agen pembaharu bergaya seperti agen pembaharu professional. Ia memakai pakaian, cara bertindak, dan sebagainya yang menyamai tenaga agen pembaharu professional. Secara psikologis hal ini wajar , karena ia mengagumi kehebatan kopetensi professional agen pembaharu, sehingga berusaha meniru agar menambah wibawa. Tetapi sebenarnya yang diperoleh justru terbalik, karena dengan bergaya seperti tenaga professional akan menghilangkan fungsinya untuk
menjebatani kesenjangan heterophily. Biasanya jika pembantu agen pembaharu menyadari adanya masalah professional semu, mereka akan berusaha dan berhati-hati dalam bertindak sehingga terhindar dari hambatan terjadinya professional semu tersebut.

10).Pemuka pendapat. Dimuka masyarakat atau system social sering terdapat orang yang pendapat-pendapatnya mudah diikuti oleh teman-teman sekelompoknya. Orang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku orang lain secara informal, dengan tujuan tertentu, disebut pemuka pendapat. Dari berbagai pengalaman dan pengamatan para ahli menunjukan bahwa banyak difusi inovasi berhasil dengan cara memanfaatkan pemuka pendapat yang ada didalam system social. Maka dirumuskan generalisasi Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan besarnya usaha untuk bekerja sama dengan pemuka pendapat.

Waktu bagi agen pembaharu merupakan sumber yang sangat berharga. Dengan memusatkan komunikasi pada pemuka pendapat yang terdapat dalam system social, agen pembaharu dapat mempercepat penerimaan inovasi. Usaha ini lebih ekonomis karena akan menghemat waktu. Agen pembaharu cukup berkomunikasi dengan beberapa orang pemuka pendapat, tidak perlu berkomunikasi dengan semua anggota system social satu persatu. Dan juga banyak difusi inovasi
yang menunjukan jika pemuka pendapat telah menerima dan menerapkan inovasi akan segera diikuti oleh anggota system social yang lain, bahkan mun gkjin sukar untuk menghentikannya. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman para ahli sering terjadi agen pembaharu salah menunjuk innovator sebagai pemuka pendapat. Mungkin cirri-cirinya hamper sama, bahwa innovator mempunyai sifat-sifat lebih terbuka, lebih modern tapi belum tentu orang itu sebagai pemuka pendapat.Bedanya cukup jelas bahwa pemuka pendapat tingkah lakunya mudah diikuti oleh orang lain, sedangkan innovator hanya lebih dulu menerima inovasi. Jika agen pembaharu
lebih memusatkan kegiatan komunikasinya pada innovator dari pada pemuka pendapat, maka hasilnya akan tampak dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang inovasi, tetapi tidak banyak pengikutnya. Tingkah laku innovator tidak menjamin diikutinya oleh anggota klien pada umumnya.

Kesukaran lain yang sering dijumpai agen pembaharu jika agen pembaharu terlalu ketat dalam menentukan persyaratan untuk memilih pemuka pendapat dan kemudian perhatian hanya dipusatkan pada sekelompok pemuka pendapat tersebut, maka yang akan terjadi ialah pemuka pendapat itu menjadi lebih inovatif dan juga menjadi kelompoknya agen pembaharu dari sudut pandang klien. Jika ini yang terjadi kasusnya sama dengan professional semu, yang diperoleh justru merusak hubungan antara pemuka pendapat dengan pengikutnya dan juga ada kemungkinan agen pembaharu tidak diperlukan lagi.

11).Kemampuan klien untuk menilai inovasi. Salah satu keunikan agen pembaharu dalam proses difusi inovasi, ialah memiliki kompetensi teknik, yang menyebabkan ia berwewenang untuk bertindak sesuai dengan keahliannya dalamengaruhi klien untuk menerima inovasi. Tetapi jika agen pembaharu melakukan pendekatan jangka panjang dalam mencapai tujuan inovasi, maka ia harus berusaha membangkitkan klien agar memiliki kemampuan teknik dan kemampuan menilai potensi inovasi yang dicapainya sendiri. Dengan kata lain agen pembaharu harus berusaha menjadikan klien menjadi agen pembaharu dirinya sendiri. Bahwa keberhasilan agen pembaharu
berhubungan positif dengan meningkatnya kemampuan klien untuk menilai inovasi. Tetapi pada umumnya agen pembaharu hanya bekerja dalam jangka pendek, terutama untuk melancarkan proses kecepatan diterimanya inovasi. Kesadaran dan kemempuan memperbaharui diri dengan percaya kepada kemempuan sendiri menjadi tujuan dari pengusaha pembaharuan, sedangkan seberapa kadar yang dapat dicapai tergantung pada usaha agen pembaharu.
4. Sistem Difusi Sentralisasi dan Desentralisasi

Sistem difusi yang telah berpuluh-puluh tahun digunakan ialah system difusi
sentralisasi,yang sering disebut juga system difusi model klasik. Adapun ciri-ciri pokok system difusi sentralisasi ialah: ide inovasi muncul dari para ahli yang kemudian disebarluaskan dalam bentuk paket yang seragam kepada anggota system social yang mungkin akan menerima atau menolak inovasi. Peranan klien dalam proses difusi sebagai penerima yang pasif. Sistem difusi sentralisasi ini pada mulanya dianggap telah berhasil dengan baik untuk menyebarluaskan inovasi di bidang pertanian. Para ahli pertanian yang menemukan suatu ide baru, kemudian
ditentukan bagaimana cara penyebarannya, siapa yang menyebarkan, siapa sasaran utama untuk menerima ide baru tersebut, dan prencanaan lainya, semuanya ditentukan oleh sekelompok ahli.

Kemudian mulai 1970 Rogers menyadari bahwa system difusi sentaralisasi tidak dapat terlaksana persis seperti apa yang telah direncanakan oleh penemunya, tapi kenyataannya banyak terjadi modifikasa atau re-invensi dalam penerapannya di lapangan. Demikian pula Schon pada tahun 1971 mengatakan bahwa teori difusi jauh lebih tertinggal dari kenyataan timbulnya tantangan, perlu system difusi yang baru. Ia menyatakan bahwa system sentralisasi tidak dapat menampung munculnya ide-ide baru dari berbagai bidang yang sangat komplek, dan terjadinya difusi melalui jalur yang horizontal. Maka kemudian timbul system difusi desentralisasi yang ditandai dengan: munculnya ide baru tidak dari seorang atau sekelompok ahli, tetapi dapat dari siapa saja dan juga proses penyebarannya diatur oleh calon penerima inovasi sendiri. Jadi sasaran inovasi juga berperan sebaagi agen pembaharu.

Perbandingan antara system difusi sentralisasi dan difusi desentralisasi, diuraikan secara singkat sebagai berikut.

Sistem difusi sentralisasi.

(1) Wewenang pengambil keputusan dan kebijakan, berada pada administrator pemerintah pusat dan para ahli bidang ilmu (technical subject-matter expert).
(2) Arah difusi dari pusat ke bawah (top-down), artinya dari para ahli ( penemu inovasi) disebarkan ke para sasaran penerima inovasi di daerah.
(3) Sumber inovasi, dari organisasi formal “Penelitian dan Pengembangan” yang ditangani oleh para ahli.
(4) Penetapan difusi inovasi dilakukan oleh tenaga administrator di pusat dan para ahli di bidang ilmu.
(5) Pendekatan yang digunakan berorientasi pada inovasi, penentuan kebutuhan klien berdasarkan adanya inovasi, dengan teknik pelaksanaan didorong dari atas.
(6) Tidak banyak terjadi re-inversi serta modifikasi untuk disesuaikan dengan kondisi
setempat selama dalam proses difusi inovasi.




Sistem difusi desentralisasi :

(1) Keptusan dan kebijakan diambil secara bersama oleh anggota-anggota system difusi.Klien dikontrol oleh pimpinan masyarakat setempat.
(2) Arah difusi secara horizontal dari kelompok ke kelompok (peer diffusion).
(3) Sumber inovasi dating dari percobaan bukan mesti orang ahli dari wilayah setempat, yang juga sering jadi pemakainya.
(4) Penetapan difusi inovasi oleh kelompok masyarakat setempat (lokal) berdasarkan penilaian inovasi secara informal.
(5) Menggunakan pendekatan yang berorientasi kepada pemecahan masalah , yang timbul dari apa yang diamati dan dirasakan oleh masyarakat setempat, teknik pelaksanaan ditarik dari bawah.
(6) Banyak terjadi re-inversi dan penyesuaian dengan kondisi setempat selama dalam proses difusi antar anggota system social.

Dalam pelaksanaan difusi inovasi tidak dapat dibedakan secara tegas mana yang
Sentralisasi dan yang desentralisasi, biasanya mana yan lebih dominant dari cirri-ciri tersebut, sehingga difusi cenderung yang sentralisasi atau desentralisasi. Rogers menggambarkan rentangan difusi inovasi yang merupakan continuum dari desentralisasi ke sentralisasi.

Kelebihan dan kelemahan system difusi desentralisasi. Sistem difusi desentralisasi
disamping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan system sentralisasi. Adapun kelebihan system desentralisasi ialah bahwa difusi inovasi yang dilakukannya sesuai dengan kebutuhan klien. Hal ini terjadi karena klien sebagai pemakai juga turut ikut berpartisipasi dalm membuat berbagai keputusan, seperti mana problem yang paling mendesak, bagaimana inovasi akan diterima, perlukah modifikasi atau re-invensi dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat, dan juga klien ikut mengontrol pelaksanaan difusi.
Masalah kesenjangan klien-agen pembaharu heterophily tidak terjadi, atau kalau ada sangat kecil kemungkinannya. Motivasi untuk menerima inovasi dating dari klien sendiri, dan kemungkinan besar biaya operasional lebih murah, yang jelas tidak perlu biaya untuk memberi upah tenaga ahli. Dan juga pengembangan sikap percaya pada kemampuan sendiri terpupuk dalam difusi desentralisasi.

Kelemahan system difusi desentralisasi jika dibandingkan dengan system difusi
sentralisasi antara lain:

(1) Jika inovasi yang akan disebarluaskan memerlukan tenaga ahli (sarjana bidang ilmu tertentu), maka system ilmu desentralisasi kurang tepat digunakan karena akan terjadi kesukaran mencari tenaga ahli.
(2) Sistem difusi desentralisasi yang dilaksanakan secara ekstrim memiliki kelemahan kurang adanya koordinasi, untuk menentukan mana masalah yang dihadapi, inovasi mana yang tepat digunakan, siapa yang mengontrol pelaksanaan difusi, dan sebagainya.
(3) Pada suatu saat kadang-kadang memang diperlukan menyebarkan inovasi yang klien tidak merasa\memerlukanya. Maka jika menggunakan system desentralisasi tidak akan terjadi difusi. Misalnya program KB di Afrika, Amerika Latin, dan Asia, semuanya dengan sentralisasi. Kalau menggunakan desentralisasi maka tidak akan terjadi difusi, karena klien belum merasa perlu KB.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

(a) Sistem difusi desentralisasi lebih tepat digunakan untuk menyebarkan inovasi
yang tidak melibatkan tenaga ahli tingkat tinggi dan sasaran perubahan heterogen. Jika sasaran perubahannya homogen secara relative lebih tepat dengan system sentralisasi.
(b) Dapat juga dillakukan kombinasi antar beberapa unsure system desentralisasi
dan system sentralisasi. Misalnya untuk koordinasi kegiatan menggunakan system sentralisasi, tetapi untuk menentukan mana inovasi yang kan didifusikan berdasarkan kebutuhan dengan system desentralisasi.

Perilaku Pemimpin Mempengaruhi Perilaku Inovatif

Kartini (1998) berpendapat pemimpin dapat mempengaruhi perilaku inovatif melalui dua pendekatan menggunakan fungsi-fungsi kepemimpinan dan gaya kepemimpinan, fungsinya untuk menjalankan kerjasama dalam menerapkan perubahan inovatif secara bersama.
      
     a.    Fungsi-fungsi kepemimpinan
          Agar organisasi dapat berjalan secara efektif, maka seorang pemimpin harus melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu fungsi yang berhubungan dengan tugas (task oriented) dan fungsi pemeliharaan kelompok. Perilaku pemimpinan yang efektif akan melibatkan tiga perhatian atau tujuan antara lain;
1)    Berorientasi tugas. Jenis perilaku ini memperhatikan penyelesaian tugas, menggunakan personil dan sumber daya secara efisien, dan menyelenggarakan proses pengadopsian inovasi agar dapat diterapkan dengan baik dalam masyarakat.
2)    Berorientasi hubungan. Jenis perilaku ini memperhatikan perbaikan hubungan dan membantu orang, meningkatkan kooperasi dan kerja tim, meningkatkan kepuasan kerja, dan membangun identifikasi dengan organisasi.
3)    Berorientasi perubahan. Jenis perilaku ini memperhatikan perbaikan keputusan strategis, beradaptasi terhadap perilaku lingkungan, meningkatkan fleksibilitas dan inovasi, membuat perubahan besar di bidang proses, produk, dan jasa, dan mendapatkan komitmen terhadap perubahan.

b.      Gaya Kepemimpinan
Pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin atau tokoh masyarakat terhadap proses adopsi adalah dengan memperhatikan perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal baru, yang bermanfaat dalam memecahkan masalah kehidupan. Karena inovasi diciptakan untuk memberikan kemudahan dari masalah yang terjadi pada masyarakat tersebut. Perilaku seorang pemimpin atau tokoh masyarakat akan mempengaruhi inovasi atau terobosan yang sudah direncanakan.  Karena pemimpin atau tokoh masyarakat tersebut mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi masyarakat yang disebabkan oleh kedudukan, peraturan yang dibuat pemimpin atau tokoh masyarakat tersebut. disebabkan pemimpin memiliki sifat aktif, kreatif, dan menjadi motivator, dan model yang baik bagi msyarakat yang ada disekitarnya.

     
              Masyarakat sebagai suatu sistem sosial, di dalamnya selalu terdapat orang-orang yang mampu mempengaruhi pendapat (opini) dan mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut. Orang-orang yang memiliki kemampuan membentuk opini dan mempengaruhi pendapat suatu masyarakat oleh Rogers dan Shoemaker (1986) disebut Pemimpion Opini (Opinion Leaders) atau sering juga disebut Tokoh Masyarakat. Para pemimpin opini dalam proses difusi adopsi inovasi memegang peranan penting baik dalam mempercepat proses difusi adopsi, maupun dalam proses menghambatnya. Oleh sebab itu keberadaan para pemimpin opini memegang peranan peting dalam kegiatan penyuluhan.
          

A.   Pemimpin dan Tokoh Masyarakat

            Pemimpin dan tokoh masyarakat yang ada di masyarakat biasanya adalah kepala desa, pemuka agama, tokoh yang di tuakan, dan pemuka adat. Kepala desa biasanya adalah orang yang dipilih oleh masyarakat dan juga di beri kepercayaan oleh masyarakat untuk memimpin desa. Kepala desa biasanya adalah orang yang sangat dihargai dan disegani oleh masyarakat karena beliau dianggap sebagai pemimpin dan juga sebagai orang yang penting di dalam lingkungan masyarakat.
            Kemudian untuk pemuka agama biasnya adalah orang yang dianggap masyarakat beliau lebih tahu tentang agama. Beliau tidak dipilih oleh masyarakat tetapi terpilih sendiri karena anggapan masyarakat. Pemuka agama biasanya adalah ustad, ustadzah, kyai, atau mungkin juga bisa bu haji atau pak haji.
            Tokoh yang dituakan adalah orang-orang yang dianggap memiliki pengalaman yang lebih tentang sejarah dengan lingkungan di masyarakat tersebut. Biasanya tokoh yang dituakan ini dihargai dan di segani oleh masyarakat sekitar. Beliau biasanya dijadikan konsultan untuk kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat misalnya adalah gotong royong, syukuran dan lain-lain.
            Pemuka adat adalah orang yang ditunjuk masyarakat untuk memimpin adat yang ada di masyrakat. Beliau biasanya dijadikan pemimpin dalam kegiatan adat misalnya kenduri, bersih desa, dan kegiatan adat yang lainnya. Beliau selain ditunjuk untuk menjadi pemimpin beliau biasanya lebih di segani dari pada pemimpin desa atau lurah jika berada di dalam masyarakat yang masih kental dengan adat istiadatnya.  
Ketokohan masyarakat adalah seberapa jauh seseorang dapat relatif sering dan informal mempengaruhi sikap-sikap dan tindakan nyata orang lain ke arah yang diinginkan. Kampanye difusi cenderung berhasil bila agen pembaru mengenal dan menggerakkan para tokoh masyarakat. Rampatan 9-11 : Keberhasilan agen pembaru berhubungan positif dengan seberapa banyak ia bekerja sama dengan tokoh masyarakat.
Waktu dan tenaga agen pembaru adalah sumber yang langkah dengan memusatkan kegiatan komunikasi kepada tokoh masyarakat suatu sistem sosial, agen pembaru dapat meningkatkan kecepatan adopsi. Keekonomisan usaha bisa diperoleh karena mengontak tokoh masyarakat jauh lebih menghemat energi agen pembaru daripada jika ia menghubungi satu per satu semua anggota sistem sosial binaannya. Intinya, pendekatan kepada tokoh masyarakat dapat memperbesar usaha agen pembaru. Lebih jauh, dengan mendapatkan bantuan tokoh masyarakat, agen pembaru memberi perlindungan sanksi dan dukungan lokal terhadap ide-ide baru yang dipromosikannya. Seperti kami sajikan dibagian lain, buku ini pesan-pesan jaringan teman-sebaya seperti tokoh masyarakat dipandangan kredibel di dalam menyakinkan seseorang untuk mengadopsi suatu inovasi. Memang, setelah tokoh masyarakat dalam suatu sistem sosial telah mengadopsi suatu inovasi, sepertinya tak mungkin menyetop penyebarannya lebih lanjut.
Para agen pembaru kadang-kadang salah tunjuk inovator sebagai tokoh. Mereka itu mungkin saja mungkin saja orang yang sama (ya inovator ya masyarakat), terutama pada sistem yang norma-normanya sangat modern, tetapi sering kali tidak. Tokoh masyarakat punya pengikut, sedangkan inovator hanyalah orang yang pertama kali mengadopsi inovasi. Ketika agen pembaru memusatkan komunikasi kepada inovator, bukan kepada tokoh masyarakat, hasilnya mungkin membantu meningkatnya kesadaran-pengetahuan tentang inovasi, tetapi hanya sedikit binaan yang terpengaruh untuk mengadopsi. Perilaku inovator tidak terlalu menyakinkan merata binaan untuk diikuti. Kesulitan lain yang terjadi ketika agen pembaru mengidentifikasi dengan betul para tokoh masyarakat dalam suatu sistem tetapi kemudian terlalu mengarahkan perhatian dan upayanya pada beberapa orang ini saja sehingga mereka (para tokoh masyarakat) itu menjadi terlalu inovatif di mata pengikutnya, atau dipandnag terlalu dengan dan mirip dengan agen pembaru. Jadi, seorang agen pembaru dapat “melecehakan” kredibilitas” tokoh masyarakat dengan membuatnya terlalu inovatif. Masalah seperti ini telah terjadi diberbagai program difusi, ini agaknya analog dengan masalah profesionalisasi semu pembantu agen pembaru.

B.   Peranan Pemimpin Atau Tokoh Masyarakat dalam proses Adopsi Inovasi
            Pemimpin atau tokoh desa adalah orang yang sangat di segani dan dihargai oleh masyarakat. Dalam hal adopsi inovasi tentunya tokoh masyarakat dan juga pemimpin sangat berperan dan perpengaruh dalam keberhasilan inovasi. Tokoh masyarakat atau pemimpin adalah kepala dari masyarakat dimana masyarakat adalah badan dari tubuh tersebut. Dari hal tersebut sebagai kepala dari tubuh pemimpin dan tokoh masyarakat tentunya kita harus mulai memperkenalkan inovasinya dari kepala. Nantinya setelah kita bisa memberikan inovasi untuk pemimpin dan tokoh masyarakatnya . jika mereka bisa mengadopsi inovasi tersebut maka kita akan lebih mudah untuk memberikan inovasi untuk masyarakat.  Hal tersebut dikarenakan masyarakat biasanya lebih patuh dan percaya dengan pemimpin dan tokoh masyarakatnya. Oleh karena itu jika kita ingin menyebarkan inovasi atau memperkenalkan inovasi kepada suatu masyarakat maka kita harus mulai dari tokoh masyarakatnya dan pemimpin agar adopsi inovasinya dapat berhasil dan diterima masyarakat. Akan tetapi hal tersebut lebih berpengaruh di masyarakat desa dari pada masyarakat kota. Masyarakat kota biasanya tidak ada pengaruh dari tokoh masyarakat dan pemimpin karena masyarakat kota lebih individualis.

2 komentar:

  1. lampirkan daftar pustakanya dong :)

    BalasHapus
  2. Harrah's Cherokee Casino & Hotel - MapYRO
    Find your casinosites.one way around the deccasino casino, find where everything https://septcasino.com/review/merit-casino/ is 출장샵 located with the most up-to-date information about Harrah's Cherokee Casino & Hotel jancasino.com in Cherokee, NC.

    BalasHapus