Pages

Rabu, 13 November 2013

MATERI 7. PENGGUNAAN/APLIKASI TEORI DIFUSI INOVASI BAGI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT).

CONTOH PENGGUNAAN APLIKASI TEORI DIFUSI INOVASI PLS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS ELEKTRONIK (E-LEARNING)
 
A.          Hakikat Pembelajaran Berbasis Elektronik (e-learning)
1.      Pengertian E-Learning
       E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Dengan kata lain e-learning adalah pembelajaran yang dalam pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelite atau komputer.(Tafiardi, 2005).
Sejalan dengan itu, Onno W. Purbo (dalam Amin, 2004) menjelaskan bahwa istilah “e” dalam e-learning adalah segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Internet, satelit, tape audio/video, tv interaktif, dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan. Pengajaran boleh disampaikan pada waktu yang sama (synchronously) ataupun pada waktu yang berbeda (asynchronously).
               Secara lebih singkat  William Horton mengemukakan bahwa (dalam Sembel, 2004) e-learning merupakan kegiatan pembelajaran berbasis web (yang bisa diakses dari internet). Tidak jauh berbeda dengan itu Brown, 2000 dan Feasey, 2001 (dalam Siahaan, 2002) secara sederhana mengatakan bahwa e-learning merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitas yang didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya.
               Jaya Kumar C. Koran (2002) mendefinisikan e-learning sebagai pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran,  interaksi, atau bimbingan.
               Sementara Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
               Selain itu, ada yang menjabarkan pengertian e-learning lebih luas lagi. Sebenarnya materi  e-learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet. Interaksi dengan menggunakan internetpun bisa dijalankan secara on-line dan real-time  ataupun secara  off-line atau archieved. Distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat dimana dia berada (Lukmana, 2006).
               Dari definisi ini dapat dipahami bahwa pembelajaran dengan e-learning adalah pembelajaran yang berbasis elektronik, yang dapat digunakan secara offline ataupun online. Disamping fasilitas internet, e-learing juga menggunakan perangkat keras seperti DVD/ VCD, komputer atau laptop, bisa juga jaringan network yang dapat menghubungkan antara siswa dan guru. Dengan pemanfaatan ini, e-learning sering digunakan dalam pembelajaran jarak jauh.
               Romi Satria Wahono mengemukaan bahwa Infrastruktur e-Learning: dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Selain fasilitas tersebut di atas juga dibutuhkan peralatan teleconference jika ingin melakukan pembelajaran jarak jauh dengan tatap muka melalui teleconfrence.
2.       Karakteristik E-Learning
Karakteristik e-learning ini antara lain adalah:
a.       Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang bersifat protokoler.
b.      Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks)
c.       Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya
d.      Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
3.      Manfaat E-Learning
              E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan atau materi pelajaran. Peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran atau kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Selain itu, guru dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula (Website Kudos, 2002, dalam Siahaan).
              Secara lebih rinci, manfaat e-learning dapat dilihat dari 2 (dua) sudut, yaitu dari sudut peserta didik dan guru :
a.       Sudut peserta didik
         Dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Menurut Brown, 2000 (dalam Siahaan) ini dapat mengatasi siswa dengan berbagai kondisi, yaitu:
(1) belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya,
 (2) mengikuti program pendidikan keluarga di rumah (home schoolers) untuk mempelajari materi yang tidak dapat diajarkan oleh orang tuanya, seperti bahasa asing dan keterampilan di bidang komputer,
(3) merasa phobia dengan sekolah atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah, yang putus sekolah tapi berminat melanjutkan pendidikannya, maupun peserta didik yang berada di berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri, dan
 (4) tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan.
b.      Sudut guru
         Menurut Soekartawi (dalam Siahaan) beberapa manfaat yang diperoleh guru adalah bahwa guru dapat :
(1) lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi,
(2) mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki realtif lebih banyak,
(3) mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan guru juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang,
(4) mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu, dan
 (5) memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.
              Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan penjelasan tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Soekartawi dalam Tafiardi, 2002 : 94-95), antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
a.       Tersedianya fasilitas e-moderating. Guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
b.      Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
c.       Siswa dapat belajar atau merevieu bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
d.      Bila siswa memerlukan tambahan informasi berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
e.       Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
f.       Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif
g.      Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dan sebagainya.
4.      Kelebihan E-Learning
               E-learning dapat dengan cepat diterima dan kemudian diadopsi adalah karena memiliki kelebihan atau keunggulan sebagai berikut (Effendi, 2005):
a.       Pengurangan biaya
b.      Fleksibilitas. Dapat belajar kapan dan dimana saja, selama terhubung dengan internet.
c.       Personalisasi. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajar mereka.
d.      Standarisasi. Dengan e-learning mengatasi adanya perbedaan yang berasal dari guru, seperti : cara mengajarnya, materi dan penguasaan materi yang berbeda, sehingga memberikan standar kualitas yang lebih konsisten.
e.       Efektivitas. Suatu studi oleh J.D Fletcher menunjukkan bahwa tingkat retensi dan aplikasi dari pelajaran melalui metode e-learning meningkat sebanyak 25 % dibandingkan pelatihan yang menggunakan cara tradisional
f.       Kecepatan. Kecepatan distribusi materi pelajaran akan meningkat, karena pelajaran tersebut dapat dengan cepat disampaikan melalui internet.
5.      Keterbatasan E-Learning
                     Dalam e-learning, harus diperhatikan masalah yang sering dihadapi yaitu:
a.       Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.
b.      Masalah ketersediaan software (piranti lunak). Bagaimana mengusahakan piranti lunak yang tidak mahal.
c.       Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.
d.      Masalah skill and knowledge
                           Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau  e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan antara lain:
a.       Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.
b.      Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis
c.       Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan bukan pendidikan.
d.      Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut menguasai teknik pembelajaran yang menggunakan internet.
e.       Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal
f.       Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).
g.      Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan bidang internet dan kurangnya penguasaan bahasa komputer.
6.      Kendala-Kendala
               Kendala atau hambatan dalam penyelenggaraan e-learning, yaitu (Effendi, 2005) :
a.       Investasi. Walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pendidikan, akan tetapi memerlukan investasi yang sangat besar pada permulaannya.
b.      Budaya. Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan untuk belajar atau mengikuti pembelajaran melalui komputer.
c.       Teknologi dan infrastruktur. E-learning membutuhkan perangkat komputer, jaringan handal dan teknologi yang tepat.
d.      Desain materi. Penyampaian materi melalui e-learning perlu dikemas dalam bentuk yang learner-centric. Saat ini masih sangat sedikit instructional designer yang berpengalaman dalam membuat suatu paket pelajaran e-learning yang memadai.
B.          Latar Belakang Pembelajaran  E-Learning
Eric Ashby mengatakan bahwa dalam sejarah peradaban manusia, setidaknya telah terjadi empat revolusi besar pada bidang teknologi pembelajaran.
 Revolusi pertama terjadi ketika orang tua menitipkan anak kepada seorang guru untuk mendapatkan pendidikan. Masa ini merupakan cikal bakal dimulainya sebuah profesi yang disebut guru. Guru saat itu merupakan orang yang dipandang mempunyai kelebihan. Siswa datang kepada guru untuk belajar.
Revolusi ke dua terjadi ketika manusia mengenal tulisan. Tulisan sebagai lambang-lambang yang disepakati guna menyampaikan suatu pesan. Pesan-pesan yang semula disampaikan secara lisan, sejak saat itu mulai disampaikan secara tertulis. Saat itu orang menulis dengan mempergunakan media apa saja, seperti kayu, tulang, batu, daun, sampai ditemukannya kertas pada tahun 105 oleh Cai Lun dari negeri Cina, sebagai pengganti papyrus. Sejak saat itu budaya tulis semakin berkembang pesat.
Perkembangan budaya tulis semakin pesat saat memasuki revolusi ke tiga, yakni ditemukannya mesin cetak pada abad ke 15 oleh Johannes Gutenberg. Mesin cetak membawa dampak yang sangat luas dalam komunikasi tulisan, yang semula buku ditulis dan disalin oleh orang perorang, maka setelah ditemukannya mesin cetak, tulisan dapat diterbitkan secara masal. Mesin cetak telah memberi warna kepada kehidupan manusia modern.
Pada penghujung abad ke 20 kita menyaksikan revolusi selanjutnya yang sangat menakjubkan, yaitu revolusi elektronik. Revolusi elektronik pada bidang teknologi pembelajaran dimulai sejak ditemukannya citra bergerak (motion picture) tahun 1910, siaran radio (1930), televisi pendidikan (1950) serta komputer dan internet (1980).
Awal abad 21 merupakan kelanjutan dari revolusi elektronik. Pada masa ini, dikenal berbagai istilah berkaitan dengan pembalajaran elektronik atau sering disebut e-learning (electronic learning). Konsep e-learning sendiri mencakup terminologi yang sangat luas, dari mulai pembelajaran plus elektronik sampai dengan electronic based learning.
Revolusi elektronik tidak dapat dipungkiri, menjadi salah satu penyebab berubahnya gaya dan pola hidup manusia dewasa ini. Komputerisasi, yang merupakan perwujudan visual dari operasional dunia digital mengalami perkembangan begitu pesat. Hitungannya tidak lagi dalam bilangan tahun, bulan atau hari, melainkan detik. (http://sutamto.wordpress.com/inovasi-pendidikan-3/)
Banyak pendidikan tinggi sekarang menawarkan kelas online. Perkembangan pendidikan online  semakin pesat, bahkan  program doktor secara online  telah dikembangkan di universitas riset terkemuka. Jumlah negara yang memanfaatkan cyber dan platform sekolah virtual untuk e-learning  terus meningkat. Sekolah Virtual memungkinkan siswa untuk masuk ke pembelajaran sinkron atau  belajar asynchronous di mana saja ada koneksi internet. Perlengkapan teknologi biasanya disediakan yang mencakup komputer, printer, dan internet.
C.          Peranan Teknologi Informasi Komunikasi dalam Pembelajaran
Teknologi informasi dan komunikasi adalah berbagai aspek yang melibatkan teknologi, rekayasa dan teknik pengelolaan yang digunakan dalam pengendalian dan pemrosesan informasi serta penggunaannya, hubungan komputer dengan manusia dan hal yang berkaitan dengan sosial, ekonomi dan kebudayaan (British Advisory Council for Applied Resesach and Development: Report on Information Technology; H.M. Stationery Office 1980)
Teknologi informasi dan komunikasi adalah sesuatu yang mendukung untuk merecord, menyimpan, memproses, mendapat lagi, memancar atau mengantarkan dan menerima informasi (Behan dan Holmes. 1990. Understanding of Information Technologies. Prentice Hall).
Teknologi informasi dan kounikasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi apa saja, terasuk kata-kata, bilangan dan gambar. (Abdul Kadir, 2013: 13)
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan seperti pemanfaatan komputer dan jaringan komputer memberikan kesempatan kepada setiap pembelajar utuk mengakses materi pembelajaran yang disajikan dalam bentuk interaktif melalui jaringan komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ini diharapkan mampu meningkatkan keberhasilan belajar mengajar, penurunan tingkat putus sekolah, penurunan tingkat ketidakhadiran di kelas dan  pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan yang dapat menjangkau seluruh masyarakat dari berbagai lapisan yang bertempat tinggal dimanapun. Untuk itu, aplikasi teknologi informasi dan komunikasi agar tepat guna hendaknya disesuaikan dengan kehidupan atau budaya yang berlaku di masyarakat. Keberagaman tingkat kehidupan dan budaya pada masyarakat memerlukan berbagai teknologi untuk menyediakan pelayanan pendidikan, diantaranya komputer dengan internetnya. Internet merupakan jaringan informasi digital yang bersifat global.
Adapun Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah:
1.   Menggantikan peran manusia, yaitu dengan melakukan kegiatan otomasi tugas atau proses
2.   Memperkuat peran manusia, yaitu menyajikan informasi, tugas atau proses.
3.   Melakukan restrukturisasi atau melakukan perubahan-perubahan terhadap suatu tugas atau proses.
Dalam bukunya Kurikulum Berbasis Telekomunikasi dan Informasi, Munir (2008: 185-186) menyebutkan ada 6 peranan TIK dalam pendidikan, yaitu:
1.         TIK sebagai keterampilan (skill) dan kompetensi.
Setiap pemangku kepentingan harus memiliki kompetensi dan keahlian menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan. Informasi merupakan “bahan mentah” dari pengetahuan yang harus diolah melalui proses pembelajaran. Pegolahan yang menggunakan TIK memerlukan keterampilan tersendiri.
2.         TIK sebagai infrastruktur pembelajaran
Saat ini bahan ajar banyak disimpan dalam format digital dengan model yang beragam seperti multimedia. Para peserta didik - instruktur dan peserta didik – secara aktif bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Proses pembelajaran seharusnya dapat dilakukan dimana dan kapan saja. Perbedaan letak geografi seharusnya tidak menjadi batasan pembelajaran. “The network is the school” akan menjadi fenomena baru di dalam dunia pendidikan.
3.         TIK sebagai sumber belajar.
Ilmu pengetahuan berkembang sedemikian cepatnya. Pengajar-pengajar yang hebat tersebar diberbagai belahan dunia. Buku-buku, bahan ajar dan referensi diperbaharui secara kontinyu. Tanpa teknologi, proses pembelajaran yang up to date membutuhkan waktu yang lama.
4.         TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran
       Penyampaian pengetahuan seharusnya mempertimbangkan konteks dunia nyatanya. Memberikan ilustrasi berbagai fenomena ilmu pengetahuan untuk mempercepat penyerapan bahan ajar. Pelajar diharapkan melakukan eksplorasi terhadap pengetahuannya secara lebih bebas dan mandiri. Akuisisi pengetahuan berasal dari interaksi antar peserta didik dan pengajar. Rasio antar pengajar dan peserta didik proses pemberian fasilitas.
5.         TIK sebagai pendukung manajemen pembelajaran
Setiap individu memerlukan dukungan pembelajaran tanpa henti setiap harinya. Transaksi dan interaksi interaktif antar stakeholder memerlukan memerlukan pengelolaan back-office yang kuat. Kualitas layanan pada pengelolaan administrasi pendidikan seharusnya ditingkatkan becara bertahap. Orang merupakan sumber daya yang sangat bernilai sekaligus terbatas dalam institusi.
6.         TIK sebagai pendukung keputusan
Teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan lembaga pendidikan atau pihak berwenang lainnya untuk secara efektif melakukan evaluasi dan memantau seluruh pengajarnya di dalam kelas, apakah menggunakan pembelajaran konvensional di dalam kelas atau menggunakan sistem pembelajar jarak jauh. Teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan untuk pembelajaran jarak jauh memberikan kemungkinan para pengajar melakukan pembelajaran dimanapun mereka berada.
Beberapa peran teknologi informasi dan komunikasi yang dapat memfasilitasi pembelajaran jarak jauh adalah:
1.      Asynchronous discussion
Pada pembelajaran online, para pembelajar dapat menggunakan waktu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing di dalam merefleksikan, berdiskusi dan berkomentar.
2.      Instructur control of online conference and roles.
Dengan konferensi online, pengajar dapat mengendalikan keanggotaan setiap pembelajarnya, peran pembelajar dan memungkinkan memantau diskusi. Beberapa kelompok dapat pula mengembangkan online sendiri dalam berdiskusi lebih lanjut ataupun di dalam berdiskusi dalam melaksanakan tugas, sehingga dapat memfasilitasi suatu team work.
3.      Questions and answer communication protocol.
Pengajar dapat melontarkan pertanyaan selama diskusi berlangsung. Pengajar dapat mengendalikan siapa yang sudah menemukan jawabannya dengan mencegah pembelajar lainnya untuk dapat mencontek, sampai mereka sendiri benar-benar menemukan jawabannya.
4.      Anonymity and pen name signature
Ketika pembelajar bekerja menjadi bagian dari diskusi yang sedang berlangsung, mereka dapat memanfaatkan pengalaman kehidupan nyata di dunia kerjanya untuk memberikan ilustrasi atas pemahaman konsep yang diajarkan oleh pengajar. Misalnya berupa komentar yang dapat memberikan makna yang lebih kepada pembelajar yang sedang belajar melengkapi apa yang sudah diajarkan oleh pengajar. Selain itu memungkinkan juga adanya nama samaran sehingga seseorang mampu mengembangkan personalnya tanpa diketahui identitas sebenarnya dan secara ekstrim sangat berguna di dalam pembelajaran yang mengharapkan adanya permainan peran seperti metode pembelajaran kolaboratif.
5.      Membership status lists.
Pemantauan aktivitas seperti membaca dan memberikan respon di dalam komunikasi, memungkinkan pengajar mengetahui apa yang masing-masing pembelajar telah baca dan seberapa up to date setiap di dalam forum diskusi. Hal ini memungkinkan pengajar mendeteksi apabila terjadi ada pembelajar yang tertinggal pelajarannya. Kelompok pembelajar kolaboratif dapat mengusahakan setiap orang di dalam tim up date. Setiap pembelajar dapat dengan mudah membandingkan frekuensi dan kontribusi relatifnya bagi pembelajar lain di dalam pembelajaran.
6.      Voting.
Akses yang mudah di dalam kelompok ataupun individual untuk memberikan pendapatnya dapat pula dalam bentuk voting. Voting tidak hanya digunakan ketika membuat suatu keputusan, lebih kepada fungsinya untuk mengeksplor (menggali) dan menemukan yang disepakati dan apa yang tidak disepakati atau ketidakpastian, sehingga kelas dapat secara fokus melanjutkan diskusi. Dimungkinkan pula pembelajar merubah pendapatnya kapan saja selama diskusi berlangsung.
7.      Special purpose scaling methods.
Metode yang berguna ini dapat menunjukkan kesepakatan kelompok yang sesungguhnya dan meminimalkan ambiguisitas. Ada suatu sistem yang memungkinkan setiap pembelajar pada akhir pembelajarannya mengungkapkan apa yang mereka pikirkan paling penting dari apa yang sudah dipelajari.
8.      Information overload.
Hal ini dapat terjadi jika antusiasme pembelajar di dalam diskusi sangat tinggi, dengan banyaknya pembelajar saling memberikan komentar, sehingga terjadi kelebihan infomasi. Masalah ini dapat diatasi dengan membatasi ukuran kelompok yang dapat ditangani oleh media teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan. Diskusi online memungkinkan setiap individu untuk memberikan komentar kapan saja tanpa perlu menunggu orang lain berkomentar terlebih dahulu.
D.          Pengembangan Sistem E-Learning
            Sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam sejarah peradaban mausia telah terjadi empat revolusi besar pada bidang teknologi pembelajaran. Awal abad 21 merupakan kelanjutan dari revolusi elektronik. Pada masa ini, dikenal berbagai istilah berkaitan dengan pembalajaran elektronik atau sering disebut e-learning (electronic learning). Konsep e-learning sendiri mencakup terminologi yang sangat luas, dari mulai pembelajaran plus elektronik sampai dengan electronic based learning.
         Revolusi elektronik tidak dapat dipungkiri, menjadi salah satu penyebab berubahnya gaya dan pola hidup manusia dewasa ini. Komputerisasi, yang merupakan perwujudan visual dari operasional dunia digital mengalami perkembangan begitu pesat. Hitungannya tidak lagi dalam bilangan tahun, bulan atau hari, melainkan detik.
Secara umum terdapat dua persepsi dasar tentang e- learning, yaitu:
a.       Elektronic based e-learning adalah pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama perangkat yang berupa elektronik. Artinya, tidak hanya internet, melainkan semua perangkat elektronik seperti film, video, kaset, OHP, Slide, LCD Projector, tape dan lain- lain.
b.      Internet based, adalah pembelajaran yang menggunakan fasilitas internet yang bersifat on-line sebagai instrument utamanya. Artinya, memiliki persepsi bahwa e-learning haruslah menggunakan internet yang bersifat online , yaitu fasilitas komputer yang terhubung dengan internet. Artinya pembelajar dalam mengakses materi pembelajaran tidak terbatas jarak, ruang dan waktu, bisa dimana saja dan kapan saja (any where and any time).
   Selain itu, saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruc-tion), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning System), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dan sebagainya.
Dalam bukunya, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Munir (2008: 208 )mengemukakan tentang pengembangan “search engine” sistem e-learning. Search engine adalah fasilitas yang akan mengatur dan mengeola berbagai aktivitas yang dilakukan dalam sistem e-learning. Search engine yang diciptakan khusus untuk kebutuhan e-learning dibangun dengan melibatkan berbagai unsur, di antaranya adalah:
1.   Database
                     Pada dasarnya sistem database merupakan komponen utama dalam e-learning. Database akan menampung dan mengolah data dari seluruh peserta didik, untuk pengajar atau dosen, pengunjung, anggota, pelanggan dan pegawai administrasi dalam mengelola bahan pengajaran, nota kuliah, jadwal, soal dan jawaban, nilai dan seluruh informasi lain yang berhubungan dengan kebutuhan e-learning. Database bisa diupdate oleh pihak-pihak yang berkepentingan setiap waktu secara online. Pengembangan database bisa menggunakan software apapun yang mendukung pengembangan database seperti Microsoft Acces, MySQL, SQL Server, Dbase dan Oracle. Database tersebut disimpan dalam database server.
2.         Aplikasi Web Server (HTTP Server)
Aplikasi web server merupakan sebuah fasilitas yang menyediakan kemudahan untuk sistem online. Di dalam aplikasi web server ini pengguna bisa memperoleh data, menyimpan data dan mengupdate data. Semua protokol yang ada di internet selalu melibatkan server dan client. Demikian juga dengan HTTP (Hypertext Transfer Protocol), yang merupakan protokol tempat aplikasi web dijalankan. Dalam protokol tersebut, yang menjadi server adalah web server dan yang menjadi client adalah web browser. Ketika pengguna memasukkan alamat tertentu di browser, maka browser akan mengirimkan permintaan tersebut ke web server yang dimaksud dan hasilnya ditunggu. Jika yang diminta adalah sebuah file dokumen, maka web server akan mengirimkan file tersebut ke browser. Dan jika diminta adalah sebuah file yang mengandung program server side, maka web server akan menjalankan program tersebut kemudian mengirim hasilnya dalam bentuk HTML ke browser.
3.               Pemrograman Web
           Bahasa pemrograman yang mendukung pembuatan HTML (hypertext mark-up language) disebut bahasa standar dalam pembangunan web. Pemrograman ini perlu diketahui oleh para pekerja administrasi , operator, dosen dan pengelola universitas dengan maksud agar dapat mengupdate kandungan yang ada dalam data base. Contoh bahasa yang dapat digunakan adalah Java Script, Hypertext Markup Language (HTML) dan Hypertext Preprocessor (PHP).
4.            Password
           Password adalah unsur yang paling penting di dalam berbagai system yang berhubungan dengan online. Password ini bertujuan untuk menjamin keamanan data base, keamanan informasi, transaksi dan keamanan berbagai fasilitas yang dimiliki untuk dalam online sistem.
5.            Antara Muka (interface)
 Penampilan sangat penting dalam pembangunan web. Selain untuk menarik minat pengunjung, juga untuk memberikan arahan yang jelas kepada pengguna dalam menggunakan web. Pengembangan interface bisa dikatakan gampang-gampang susah, sebab selain dari pengetahuan dan kemampuan yang menggambarkan sistem harus memiliki kualitas yang tinggi, kreatifitas dan nilai seni dari pengembang juga sangat diperlukan. Interface adalah pintu gerbang dari sebuah sistem.
6.            Fasilitas Sistem e- Learning
Aplikasi yang bisa dikembangkan di dalam system e- learning tergantung kepada kebutuhan. Namun pada umumnya sistem akan memberikan tiga fasilitas yaitu fasilitas khusus, fasilitas umum dan fasilitas penunjang.
a.       Fasilitas Khusus
Fasilitas khusus adalah fasilitas yang bisa diakses oleh peserta didik, dosen, pegawai administrasi dan pihak- pihak lain yang diberi kewenangan khusus dalam mengakses semua program yang ada di dalam web server. Untuk bisa menggunakan fasilitas ini diperlukan kunci masuk yang disebut password. Di antara aspek yang termasuk fasilitas khusus ini adalah: data pribadi, materi pelajaran lengkap, soal, system ujian dan nilai, system pendaftaran kuliah, forum Tanya jawab dan pembayaran kuliah.
b.      Fasilitas Umum
Fasilitas umum yaitu fasilitas yang diberikan secara umum kepada pengguna web. Pengguna akan menerima berbagai informasi secara umum, cara mengakses, proses pendaftaran, fasilitas e-mail, forum diskusi dan macam- macam aktivitas yang diperlukan.
c.          Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang bermakna fasilitas yang member kemudahan kepada pengguna yang mendukung terhadap kelancaran proses belajar mengajar. Fasilitas ini bisa berupa link antara web satu dengan web yang lainnya yang memiliki kesamaan ataupun fasilitas download atau upload.
F. Teknologi e-Learning
Beberapa produk teknologi e-learning meliputi:
1.      Audio Conreferencing
Audio Conreferencing adalah interkasi atau konferensi langsung dalam bentuk audio (suara) atau lebih yang berada pada tempat berbeda, bahkan dapat melibatkan peserta yang banyak pada lokasi yang tersebar dan berbeda.
2.      Videobroadcasting
Videobroadcasting merupakan salah satu teknologi e-learning interaktif yang bersifat satu arah (komunikasi linier). Peserta mengikuti program pembelajaran melalui videobroadcasting dengan cara melihat dan mendengar pesawat televise yang terhubung ke stasiun (broadcaster) tertentu melalui antena penerima biasa atau antenna parabola yang dilengkapi decoder khusus.
3.      Videoconferencing
Teknologi multimedia videoconferencing dapat memungkinkan seluruh peserta didik melihat, mendengar dan bekerja sama secara langsung. Sesuai dengan namanya, fungsi videobroadcasting memberikan visualisasi secara langsung dan lengkap kepada seluruh peserta didik dengan menggunakan multimedia (video, audio dan data).
4.      Jenis Aplikasi E- Learning Berbasis Open Sourse
Jenis aplikasi e-learning antara lain adalah moddle dan Atutor.
a.      Moddle
Salah satu aplikasi e-learning yang berbasis open source adalah moddle. Moddle adalah paket software yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet.
Kelebihan moddle, antara lain:
a.       Penggunaannya tepat untuk kelas on-line dan hasil belajarnya relatif sama baiknya dengan hasil belajar langsung secara tatap muka dengan pengajar.
b.      Menggunakan teknologi sederhana, sehingga efisien, mudah dan relatif murah.
c.       Programnya mudah di-instal dan cukup memerlukan satu database yang diperlukannya.
d.      Pelajaran dilengkapi dengan tampilan  penjelasan.
e.       Keamanan yang kuat.
f.       Menyediakan paket untuk berbagai bahasa termasuk Bahasa Indonesia, sehingga setiap pengguna dapat memilih bahasa yang digunakan, bisa Bahasa Indonesia, Inggris, China, Prancis dan sebagainya.
b.      Atutor
Atutor adalah Web- based Open Source Learning Control Management System (LCMS) yang didesain dengan aksessibilitas dan kemampuan adaptasi. Atutor merupakan paket software yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet dan website, Administrator dapat meng-install atau meng-update Atutor dangan cepat dan singkat.
5.         E-learning dan Intelegent Tutoring System (ITS)
Intelegent Tutoring System (ITS) atau sistem  cerdas pembelajaran (tutorial) adalah strategi pembelajaran yang menerangkan urutan isi materi pembelajaran, umpan balik feedback yang diterima dan bahan ajar yang diberikan atau dijelaskan. E-learning diharapkan dapat digunakan meningkatkan kualitas pembelajaran (Sri Hartati,2008:81)
G.    Aplikasi TIK untuk E-Learning
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Globalisasi juga membawa peran yang sangat penting dalam mengarahkan dunia pendidikan kita dengan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran.
   Ada empat level pemanfaatan TIK untuk pendidikan menurut UNESCO, yaitu      Level 1: Emerging - baru menyadari pentingnya TIK untuk pendidikan; Level 2: Applying - baru mempelajari TIK (learning tom use ICT); Level 3: Integrating - belajar melalui dan atau meng-gunakan TIK (using ICT to learn); Level 4: Transforming - dimana TIK telah menjadi katalis efektifitas dan efisiensi pembelajaran serta reformasi pendidikan secara umum. (http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/10/aplikasi-dan-potensi-tik-dalam-pembelajaran/)
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menghasilkan internet disambut baik oleh dunia pendidikan. Sumber pembelajaran berbasis TIK ini menjadi dapat terakses oleh masyarakat banyak dan memberikan nilai yang berarti. Munir (2008: 213-215) mengatakan, aplikasi TIK untuk e-learning dapat berupa:
1.         Situs Pembelajaran
                     Penerapan e-learning melalui jaringan internet menempatkan materi pada situs pembelajaran tertentu. Berbagai fasilitas situs pembelajaran pada internet dapat diakses oleh peserta didik secara mandiri untuk keperluan pembelajaran karena di dalamnya memuat tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber daya web (melalui searching), perpustakaan digital, jadwal pelajaran dan ujian, peta konsep pembelajaran dan lainnya. Website e-learning harus dapat diakses kapan saja dan di mana saja.
    Berikut prinsip dalam pembuatan situs pembelajaran atau website e-learning:
a.    Merumuskan tujuan pembelajaran
b.   Mengenalkan materi pembelajaran
c.    Memberikan bantuan dan kemudahan bagi peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran.
d.   Memberikan bantuan dan kemudahan bagi peserta didik untuk mengerjakan tugas-tugas dengan perintah dan arahan yang jelas.
e.    Materi pembelajaran yang disampaikan sesuai standar yang berlaku secara umum  dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
f.    Materi pembelajaran disampaikan secara sistematis dan mampu memberikan motivasi belajar, serta pada bagian akhir setiap mata pelajaran dibuat rangkumannya.
g.   Materi pembelajaran disampaikan sesuai kenyataan, sehingga mudah dipahami, disepar, dan dipraktekan langsung oleh peserta didik.
h.   Metode penjelasannya efektif, jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik dengan disertai ilustrasi, contoh, demonstrasi, video dan sebagainya.
i.     Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran di atas perlu dilakukan evaluasi dan meminta umpan balik (feedback) dari peserta didik.
2.  Electronic Mail (e-mail) atau surat elektronik
    Proses pembelajaran dengan memanfaatkan e-mail akan memungkinkan peserta didik untuk dapat berkomunikasi dan saling mentransfer informasi dengan orang-orang di seluruh dunia. Melalui e-mail dapat terjadi korespondensi antara pengajar dengan peserta didik, pengajar dengan pengajar lainnya atau peserta didik dengan peserta didik lainnya. Pengajar bisa memberikan informasi informasi, menerima tugas atau pekerjaan, atau mengoreksi hasil pekerjaan peserta didik tanpa harus bertemu muka antara keduanya. Begitu pula komunikasi antara peserta didik menjadi lebih mudah tanpa terkendala tempat, ruang dan waktu. Peserta didik bisa membaca dan menulis sesuai dengan minat dan kebutuhannya, kepada siapa saja dan sumber mana saja yang diperlukan.
3. Silabus On-line
Panduan proses pembelajaran antara pengajar dan peserta didik telah disediakan dalam silabus on-line. Seluruh peserta didik dan orangtua bisa memantaunya di silabus on-line. Dengan silabus on-line ini diharapkan dapat terjalin hubungan yag serasi dan kontrol yang baik diantara sekolah, masyarakat dan dunia kerja.
Selain itu Saat ini e-learning telah berkembang dalam  berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruc-tion), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning System), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dan sebagainya.
Selain e-learning, potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah dapat juga memanfaatkan e-laboratory dan e-library.  Adanya laboratorium virtual (virtual lab) memungkinkan guru dan siswa dapat belajar menggunakan alat-alat laboratorium atau praktikum tidak di laboratorium secara fisik, tetapi dengan menggunakan media komputer. Perpustakaan elektronik (e-library) sekarang ini sudah menjangkau berbagai sumber buku yang tak terbatas untuk bisa diakses tanpa harus membeli buku/sumber belajar tersebut.
Selain itu, dalam TIK kita juga mengenal buku elektronik, sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa. Buku elektronik atau ebook adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Ke dalam ebook dapat diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku konvensional.
Jenis ebook paling sederhana adalah yang sekedar memindahkan buku konvensional menjadi bentuk elektronik yang ditayangkan oleh komputer. Dengan teknologi ini, ratusan buku dapat disimpan dalam satu keping CD atau compact disk (kapasitas sekitar 700MB), DVD atau digital versatile disk  (kapasitas 4,7 sampai 8,5 GB), ataupun flashdisk (saat ini kapasitas yang tersedia sampai 4 GB). Bentuk yang lebih kompleks dan memerlukan rancangan yang lebih cermat ada pada misalnya Microsoft Encarta dan Encyclopedia Britannica yang merupakan ensiklopedi dalam format multimedia. Format multimedia memungkinkan ebook menyediakan tidak saja informasi tertulis tetapi juga suara, gambar, movie dan unsur multimedia lainnya. Penjelasan tentang satu jenis musik, misalnya, dapat disertai dengan cuplikan suara jenis musik tersebut sehingga pengguna dapat dengan jelas memahami apa yang dimaksud oleh penyaji. http://depikarom.blogspot.com/2012/07/media-pembelajaran-berbasis-elektronik_12.html
H.    E- Learning dan Distance Learning
E-Learning, yaitu proses belajar yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan TIK (Martin Jenkins & Janet Hanson, Generic Center, 2003). Istilah e-Learning tidak hanya hanya dapat digunakan untuk pemelajaran yang menggunakan variabel jarak atau perbedaan geografis antara siswa dan pengajar, namun dapat pula digunakan untuk menyebut proses pemelajaran yang menggunakan setiap bentuk media elektronik.
         Distance Learning sebenarnya lebih menekankan pada adanya perbedaan jarak antara pengajar dan pembelajar. Distance Learning merupakan metode penyampaian instruksional yang tidak mengharuskan siswa untuk hadir secara fisik pada tempat yang sama dengan pengajar (Ornager, UNESCO, 2003). Distance Learning, yaitu model atau program pemelajaran dimana siswa berada di rumah atau kantor dan berkomunikasi dengan pengajar maupun dengan sesama siswa melalui e-mail, forum diskusi elektronik, video-conference, serta bentuk komunikasi lain yang berbasis komputer (Webopedia, 2003).
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 31 dan SK Mendiknas No. 107/U/2001tentang Perguruan Tinggi (PTJJ) secara lebih spesifik mengizinkan penyelenggarakan pendidikan di Indonesia untuk melaksanakan pendidikan melalui Perguruan Tinggi Jarak Jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Ini merupakan salah satu bentuk pembelajarannya dengan menggunakan e-learning.
Menurut Munir (2008:217) Distance Learning adalah bentuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan menggunakan modul yang tercetak, yang digunakan untuk korespondensi  dan pembelajaran berbasis (TIK), seperti televisi radio dan komputer serta internet.
1.      Prinsip Distance Learning Belajar Jarak Jauh
a.    Tujuan yang jelas
b.   Relevan dengan kebutuhan
c.    Mutu Pendidikan
d.   Efisien dan efektivitas program
e.    Efektifitas
f.    Pemerataan
g.   Kemandirian
h.   Keterpaduan
i.     Kesinambungan
2.   Karakteristik Distance Learning (Belajar Jarak Jauh)
Belajar jarak jauh memiliki karakteristik, sebagai berikut:
a.    Menjangkau semua peserta didik di manapun berada.
b.   Proses belajar dilakukan secara mandiri.
c.    Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dikembangkan secara sengaja sesuai kebutuhan dengan tetap berpedoman pada kurikulum.
d.   Interaksi pembelajaran bisa dilaksanakan secara langsung dalam suatu pertemuan. Bisa pula secara tidak langsung dengan bantuan tutor dalam forum tutorial.
e.    Waktu yang digunakan tepat sesuai waktu dan program yang telah ditentukan.
f.    Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik.
g.   Program disusun disesuaikan dengan jenjang, jenis dan sifat pendidikan.
h.   Penilaian dilakukan sendiri (self evaluation)
3.      Prinsip dan Bentuk Program Distance Learning (Belajar Jarak Jauh)
Penyusunan program belajar jarak jauh memerhatikan prinsip-prinsip berikut:
                                           a.   Bertujuan meningkatkan mutu kemampuan para peserta didik sesuai dengan bidang kemampuan, minat dan bakatnya masing- masing agar lebih mampu meningkatkan mutu diri sendiri.
                                          b.   Memperluas kesempatan belajar dan meningkatkan jenjang pendidikan para peserta.
                                           c.   Meningkatkan efisiensi dalam sistem penyampaian melalui media modular dangan bantuan radio pendidikan, film, video, media pendukung lain.
                                          d.   Berdasarkan kebutuhan lapangan dan kondisi lingkungan.
                                           e.   Berdasarkan kesadaran dan keinginan peserta didik dan menekankan pada belajar mandiri yang berdasarkan aktualisasi diri, pecaya diri bergantung pada kemampuan sendiri agar hasil dalam studinya.
                                           f.   Dikembangkan dalam paket terpadu dan dilaksanakan secara terpadu pada tingkat kelembagaan.
Dengan prinsip- prinsip tersebut, maka bentuk program jarak jauh dapat berupa paket belajar modular, program siaran radio, atau televisi dan program multi media.
4.   Sistem Komponen Distance Learning (Belajar Jarak Jauh)
Komponen system belajar jarak jauh, meliputi:
                                           a.      Peserta Didik
                                          b.      Materi Pembelajaran
                                           c.      Pembimbing, Tutor, Fasilitator
                                          d.      Tempat Belajar
                                           e.      Sistem Evaluasi
5.      Pendayagunaan Komputer dalam Program Distance Learning
               Komputerisasi program jarak jauh bukan saja menjadi suatu kebutuhan, akan tetapi sekaligus merupakan suatu keharusan, baik dalam administrasi maupun dalam edukasi. Pertimbangannya adalah:
                                           a.            Data dan informasi tentang peseerta didik dan tutor membutuhkan ketelitian dan ketepatan yang maksimal, agar dapat dikombinasikan dalam jangka waktu relatif singkat.
                                          b.            Pelaksanaan kurikuler, bimbingan tutorial, kegiatan penilaian, pengadaan dan pemakaian bahan bacaan serta alat bantu dan kegiatan pembelajaran lebih menekankan belajar mandiri, sehingga pendataan dan pengolahan yang cepat dan akurat.
                                           c.            Pendayagunaan komputer dalam program Distance Learning merupakan salah satu sarana prasarana yang penting guna lebih memperlancar system komunikasi informasi.
                                          d.            Kebutuhan inovasi, penyesuaian dan pengembangan sistem pendidikan nasional dewasa ini meminta perhatian yang sungguh-sungguh dalam pendayagunaan TIK
6.            Kelebihan Distance Learning (Belajar Jarak Jauh)
Dari penjelasan yang telah disampaikan di atas, maka Distance Learning memiliki kelebihan- kelebihan sebagai berikut:
                                           a.            Menjangkau target yang telah ditentukan
                                          b.            Memberikan kesempatan yang luas dalam rangka pelayanan terhadap perbedaan individu peserta didik.
                                           c.            Tidak membutuhkan ruangan kelas khusus dan semua jenis perlengkapannya.
                                          d.            Tidak memerlukan guru khusus yang bertugas mengajar secara berkesinambungan.
                                           e.            Bahan ajar telah disiapkan dalam bentuk modulyang disiapkan oleh pengelola.
                                           f.            Memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk belajar mandiri secara aktif.
                                          g.            Lebih efisien dan ekonomis.
                                          h.            Pengembangan kurikulum didasarkan pada kebutuhan lapangan.
7.            Kelemahan Distance Learning
Beberapa kelemahan yang mungkin menjadi kendala Distance Learning, yaitu:
                                           a.      Persiapan dan perencanaan program lengkap dengan semua perangkatnya memerlukan waktu dan pembiayaan yang cukup banyak serta mendayagunakan tenaga ilmuan dari berbagai disiplin ilmu.
                                          b.      Menuntut para peserta didik belajar mandiri, sehingga memerlukan motivasi yang tinggi.
                                           c.      Peserta didik tidak dapat berinteraksi dan berkomunikasi langsung dengan pendidik
I.    Difusi dan Inovasi E-Learning
              Difusi merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk menyebarluaskan suatu ide/gagasan inovasi, dengan menggunakan media tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu pula dalam satu lingkup sistem tatanan sosial masyarakat dan prosesnya berlangsung terus-menerus. Difusi ini memiliki peran sebagai fasilitator bagi suatu inovasi yang dibuat. Jadi, suatu inovasi tidak akan dapat menyebarluas dan dimanfaatkan tanpa adanya proses difusi.
            Inovasi sendiri dapat diartikan sebagai suatu ide atau gagasan yang dinilai baru dalam suatu kelompok masyarakat, yang nantinya ige/gagasan baru tersebut dapat diadopsi oleh kelompok masyarakat tersebut. Inovasi ini merupakan perubahan, pembaharuan, dan penemuan yang tentunya bersifat disengaja dan berkelanjutan, sehingga inovasi harus direncanakan dan dirancang terlebih dahulu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Gagasan/ide baru sebagai bentuk inovasi ini, diterapkan untuk memprakarsai dan/atau memperbaiki suatu produk maupun jasa. Inovasi memiliki beberapa sifat :
1. Penggantian. 
2. Perubahan.
3. Penambahan.
4. Penghapusan.
5. Penguatan.
6. Penyusunan kembali.
                    Suatu inovasi yang akan didifusikan, harus melalui beberapa tahapan hingga akhirnya nanti dapat diambil keputusan untuk diterima atau tidak. Tahapan tersebut adalah :
1. Pengetahuan.
2. Bujukan.
3. Pengambilan keputusan.
4. Implementasi.
5. Konfirmasi.
              Setiap inovasi memiliki beberapa ciri, antara lain seperti yang diungkapkan oleh Mattew B. Miles:
1. Memiliki kekhasan khusus.
2. Memiliki unsur/ciri kebaruan.
3. Melalui program yang terencana.
4. Memiliki tujuan.
              Ciri-ciri inovasi tersebut kemudian dikolaborasikan dengan proses difusi dengan maksud agar inovasi yang dihasilkan dapat diadopsi oleh kelompok masyarakat. Maka, tentu harus ada proses pemilihan yang selektif terhadap hasil inovasi yang ada sebelum akhirnya dipilih untuk diujicobakan untuk kemudian diadopsi.
              Proses seleksi suatu inovasi yang akan didifusikan agar dapat diadopsi dapat dilakukan dengan beragam cara, tetapi cara mudahnya adalah dengan membuat suatu kriteria seleksi inovasi. Kriteria-kriteria tersebut kemudian dituangkan menjadi syarat-syarat adopsi inovasi, yang antara lain berisi :
1.      Ada tujuan inovasi yang jelas.
2.      Ada pembagian/deskripsi tugas dari masing-masing komponen inovasi.
3.      Ada kejelasan struktur otoritas/kewenangan dari inovasi tersebut.
4.      Inovasi tersebut memiliki peraturan dasar/umum yang dapat diterapkan.
5.      Inovasi tersebut memiliki pola hubungan informasi yang teruji.
                E-Learning merupakan salah satu bentuk inovasi dalam dunia pendidikan, maka e-learning akan dapat diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat pendidikan dengan melakukan tahapan difusi inovasi. E-Learning adalah salah satu contoh inovasi yang dinamis, dimana setiap waktu akan dapat terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada. Selain itu, kebutuhan individu untuk belajar dengan cara yang beragam akan turut mempengaruhi dinamika pengembangan jenis dan bentuk inovasi e-learning. Proses difusi inovasi suatu e-learning tidak selalu dapat dipastikan hasilnya, terkadang akan menghasilkan tanggapan yang positif, tetapi bukan tidak mungkin juga akan menghasilkan tanggapan yang negatif. Karena, belum semua masyarakat pendidikan sadar dan terfasilitasi dengan teknologi penunjang e-learning.
              Dalam kajian ruang lingkup inovasi pendidikan, inovasi e-learning termasuk ke dalam bentuk inovasi pengembangan media dan sumber belajar. Inovasi e-learning cakupannya adalah skala makro (besar), dimana pelaksanaan inovasinya bersifat luas dan melibatkan banyak pihak. Sebagaimana layaknya bentuk inovasi lainnya, inovasi e-learning juga harus diujicobakan terlebih dahulu baru dapat didesiminasikan.
              Inovasi e-learning merupakan salah satu upaya untuk dapat membantu membangun peran pendidikan, dalam membuka kesempatan pembelajaran bagi banyak orang. Inovasi e-learning tidak bersifat gradual, tetapi bersifat evolution. Karena, memang tidak ada sesuatu hal yang memang benar-benar baru, melainkan lebih kepada perbaikan atau perubahan. Oleh karena itu, inovasi e-learning ini dapat terus dikembangkan secara perorangan maupun kelompok/massal. Dan tentunya kembali lagi, bahwa inovasi e-learning dalam bentuk apapun harus disebarluaskan agar dapat memberi manfaat bagi pendidikan secara luas. Maka, dapat disimpulkan bahwa "INNOVATION IS NOTHING WITHOUT DIFFUSION".
              Munculnya inovasi e-learning diharapkan akan memberikan banyak manfaat bagi pendidikan. Salah satu manfaat yang diharapkan dapat dirasakan dengan munculnya e-learning ini adalah dapat membantu upaya mengatasi berbagai masalah pendidikan yang ada, seperti masalah pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi pendidikan, serta peningkatan efektifitas dan efisiensi pendidikan. Maka, inovasi e-learning sendiri menjadi dianggap begitu penting dalam mempengaruhi upaya perbaikan dan pengembangan pendidikan. Berikut ini adalah beberapa poin tentang pentingnya inovasi e-learning :
1.      Memfasilitasi upaya pemerataan dan kesempatan pendidikan, mengingat e-learning dapat memungkinkan memberikan jangkauan pendidikan yang lebih luas.
2.      Membantu peningkatan mutu pendidikan, karena e-learning menerapkan pendidikan berbasis teknologi dan bebas akses. Sehingga, setiap individu memiliki keleluasaan lebih untuk belajar.Inovasi e-learning akan dapat mempengaruhi mutu dalam segi : pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, dana, serta sarana dan prasarana.
3.      Mendukung peningkatan efisiensi pendidikan. Jika e-learning mampu didifusikan dengan baik, maka akan dapat mengefisiensikan pembelajaran dalam segi biaya dan waktu.
4.      Menciptakan peningkatan efektifitas pendidikan. E-learning akan mendukung pembelajaran yang lebih baik dan tepat guna jika dikelola dengan baik dan tepat.
5.      Membantu mewujudkan relevansi pendidikan, baik secara internal maupun eksternal.
              Difusi inovasi e-learning akan dapat berjalan baik jika didukung dengan kebijakan dan regulasi yang benar. Kebijakan dan regulasi tersebut harus dikelola oleh sumber daya yang mumpuni.

1 komentar:

  1. kami tunggu juga postingan tentang tugas membuat blog tadi siang di offr A pak :)

    BalasHapus