Pages

Selasa, 12 November 2013

MATERI KELOMPOK I. KONSEP DAN TEORI KOMUNIKASI, SISTEM SOSIAL, PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH




KONSEP DAN TEORI KOMUNIKASI, SISTEM SOSIAL, PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
 
Mahasiswa PLS UM Angk. 2012 Off A


          A.           Konsep Komunikasi
Pada mulanya komunikasi yang tepat hanya terdapat pada masyarakat kecil, kelompok orang yang berdekatan yang merupakan suatu unit politik. Tetapi sekarang akibat dari kecepatan media komunikasi dan kompleknya berbagai macam hubungan, maka komunikasi telah menjadi masalah semua orang.
Komuniksi adalah inti dari semua hubungan sosial, apabila orang telah mengadakan hubungan tetap maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem tersebut dalam mempererat atau mempersatukan mereka, mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila muncul.
Manusia sebagai mahluk individu maupun sosial memiliki dorongan ingin tau, ingin maju dan berkembang, maka salah satu caranya adalah komunikasi karena komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia. Komunikasi memberikan sesuatu kepada orang lain dengan konteks tertentu atau dengan mempergunakan sesuatu alat. Banyak komunikasi terjadi dan berlangsung tetapi kadang-kadang tidak tercapai kepada sasaran tentang apa yang dikomunikasikan, dimungkinkan adanya komunikasi yang baik antara komunikator (pemberi pesan) dan komunikan (penerima pesan) jika terjadinya persuasi antara keduanya. Terlaksananya komunikasi dengan baik, terdapat hambatan yang ditemui dan dihadapi baik bersifat fisik, individual, bahasa dan sampai perbedaan arti yang dimaksud oleh orang yang diajak berkomunikasi.
Saling pengertian dapat terjadi dengan menggunakan bahasa yang baik sehingga pihak yang menerima pesan tersebut dapat mengerti apa yang diberikan atau dipesankan hingga tercipta situasi komunikasi yang serasi. Dengan komunikasi orang dapat menyampaikan pengalamannya kepada orang lain sehingga pengalaman itu menjadi milik orang lain pula tanpa mengalaminya sendiri. Melalui komunikasi orang dapat merencanakan masa depannya, membentuk kelompok dan dengan komunikasi juga manusia dapat menyampaikan informasi, opini, ide, konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap, perbuatan kepada orang lain secara timbal baik sebagai penyampai pesan maupun penerima pesan dalam komunikasi sehingga terbina perkembangan kepribadian baik sebagai diri pribadi maupun kemasakan sosial, serta tercapainya kehidupan bersama di masyarakat. Melalui komunikasi orang dapat mempengaruhi dan mengubah sikap tingkah laku orang lain, membentuk suatu konsensus yang dikenal sebagai pendapat umum, kelompok. Komunikasi memungkinkan suatu ide (baru atau lama) tersebar dan dihayati orang, dituntut atau di tolak orang, berhasil atau gagalnya proyek atau program pembangunan.
1.                  Pengertian dan Definisi Komunikasi
            James A.F.Stoner dalam bukunya yang berjudul Manajemen menyatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana sseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan
            Yang kedua John.R Sche Merhorn CS. Dalam bukunya yang berjudul Managing organizational behaviors, menyatakan bahwa kominikasi itu dapat di artikan sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.
            Yang ke tiga William F.Glueck, dalam bukunya yang berjudul : Managermen, menyatakan bahwa kominikasi dapat di bagi dalam bagian utama yakni : 1. Interpersonal comunication, komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan penegertian antar dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia.2 organizational comunicaton, yaitu dimana pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi-pribadi dan lembaga-lembaga yang ada hubungan.
Dapat di simpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komuikasi akan dapat berhasil baik apabila sekiranya timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak si pengirim dan penerima informasi dapat memahami.

B.                Fungsi dan tujuan komunikasi
Dalam arti luas , komunikasi di artikan sebagai pertukaran berita dan pesan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide. Maka fungsinya dalam fungsi sosial
1.             informasi: menyimpulkan, menyimpan, pemprosesan penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan opini serta komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2.             Sosialisasi ( pemasyarakatan) : penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di dalam masyarakat.
3.             Motivasi : menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok.
4.             Perdebatan dan diskusi : menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik.
5.             Pendidikan : pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
6.             Memejukan kebudayaan : penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu.
7.             Hiburan : penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan image dari drama, tari, kesenian, kesusasteraan, musik, olah raga, permainan, dan lain-lain untuk rekreasi, kesenangan kelompok dan individu.
8.             Integrasi : menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.

C.           Tujuan Komunikasi
1.             Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti. Sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan pada komunikan dengan sebaik baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.
2.             Memahami orang lain, Kita sebagai pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah untuk pergi ke barat tetapi kita memberikan jalan ke timur.
3.             Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain. Kita harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.
4.             Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Seperti kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus di ingat ada adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.
Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa komunikasi bertujuan : mengharapkan pengertian, dukungan gagasan dan tindakan. Setiap kali kita bermaksud mengadakan komunikasi maka kita perlu meneliti apa yang menjadi tujuan kita.

D.           Proses komunikasi
Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut :
1.                  Source (sumber)
Source adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.
2.                  Comunikator (penyampai pesan)
Komunikator dapat berupa individu yang sdang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti ; surat kabar, radio, televisi, film dan sebagainya. Syarat-syarat yang pelu diperhatikan oleh seorang komunikator adalah sebagai berikut:
a.                   Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya.
b.                  Keterampilan berkomunikasi.
c.                   Mempunyai pengetahuan yang luas
d.                  Sikap
e.                  Memiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau penambahan pengetahuan bagi atau pada diri komunikan

3.                  Message (pesan)
Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan atau tema sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.
4.                  Channel (saluran)
Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut dua saluran, yaitu :
a.                   Saluran formal atau yang bersifat resmi
b.                  Saluran informal yang bersifat tidak resmi.
5.                  Communican (komunikan = penerima pesan)
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam tiga jenis yakni personal, kelompok, dan masa.
6.                  Effect (hasil)
Hasil adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

E.                Teori-Teori Komunikasi
1.                  Teori-teori umum (general theories).
Teori ini merupakanteori yang mengarah pada bagaimana menjelaskan fenomena komunikasi (metode penjelasannya).
2.                  Teori-teori fungsional dan struktural.
Ciri dan pokok pikirandari teori ini adalah: Individu dipengaruhi oleh struktur sosialatau sistem sosial dan individu bagian dari struktur. Sehingga cara pandangnya dipengaruhi struktur yang berada di luardirinya. Pendekatan ini menekankan tentang sistem sebagaistruktur yang berfungsi. Karakteristik dari pendekatan ini adalah:
a.                  Mementingkan sinkroni (stabilitas dalam kurun waktu tertentu) daripada diacrony (perubahan dalam kurun waktu tertentu). Misalnya dalam mengamati suatu fenomena menggunakan dalil-dalil yang jelas dari suatu kaidah. Perubahan terjadi melalui tahapan metodologis yang telah baku.
b.                       Cenderung memusatkan perhatiannya pada akibat-akibat yang tidak diinginkan (unintended consequences) daripada hasil yang sesuai tujuan. Pendekatan ini tidakmempercayai konsep subjektivitas dan kesadaran. Fokus mereka pada faktor-faktor yang berada di luar kontrol kesadaran manusia.
c.                  Memandang realitas sebagai sesuatu yang objektif danindependent. Oleh karena itu, pengetahuan dapat ditemukan melalui metode empiris yang cermat.
d.                 Memisahkan bahasa dan lambang dari pemikiran dan objek yang disimbolkan dalam komunikasi. Bahasahanyalah alat untuk merepresentasikan apa yang telah ada.
e.                  Menganut prinsip the correspondence theory of truth.Menurut teori ini bahasa harus sesuai dengan realitas.Simbol-simbol harus merepresentasikan ssuatu secara akurat.
3.                  Teori-teori behavioral dan kognitif.
Teori ini berkembangdari ilmu psikologi yang memusatkan pengamatannya pada dirimanusia secara individual. Beberapa pokok pikirannya :
a.              Model stimulus-respon (S-R) yang menggambarkanproses informasi antara stimulus dan respon.
b.              Mengutamakan analisa variabel. Analisis ini padadasarnya merupakan upaya mengidentifikasi variabel- variabel kognitif yang dianggap penting serta mencarihubungan antar variabel.
c.              Menurut pandangan ini komunikasi dipandang sebagaimanifestasi dari proses berfikir, tingkah laku dan sikap seseorang. Oleh karenanya variabel-variabel penentumemegang peranan penting terhadap kognisi seseorang(termasuk bahasa) biasanya berada di luar kontrol individu.

F.            Sistem Sosial
Menurut Rogers (1981:30) ,Sistem sosial dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah, dalam rangka mencapai tujuan bersama. Anggota atau unit-unit sistem sosial itu bisa berupa perorangan (individu, kelompok informal, organisasi modern atau subsistem. Setiap unit dalam sistem soial dapat dibedakan secara fungsional dari anggota atau unit lainnya. Semua anggota bekerjasama untuk memecahkan masalah umu  (masalah yang dihadapi sistem) atau untuk mencapai suatu tujuan timbal balik (antara sistem dengan anggotanya atau antara anggota dengan anggota). Pencapaian tujuan bersama yang timbal balik inilah yang mengikat sistem.  Diantara anggota sistem sosial ada yang memegang peranan penting dalam proses difusi, yakni mereka yang disebut agen pembaru, agen pembaru adalah orang yang aktif berusaha menyebarkan inovasi ke dalam suatu sistem sosial. Seorang agen pembaru adalah petugas yang berusaha mempengaruhi keputusan anggota sistem sosial dalam rangka melaksanakan program yang telah ditetapkan.
Menurut Dwi (2011), Sistem adalah kesatuan dari struktur yang punya fungsi berbeda, satu sama lain saling bergantung, dan bekerja ke arah tujuan yang sama. Dalam sosiologi, sekurang-kurangnya dikenal 3 paradigma berbeda yang biasa digunakan dalam mendekati permasalahan sistem sosial ini, yaitu :
1. Fungsionalisme Struktrural
2. Konflik Sosial
3. Interaksionisme Simbolik
Paradigma Fungsionalisme Struktural berangkat dari kajian Herbert Spencer (1820-1903), sosiolog Inggris, yang menganalogikan sistem sosial seperti sistem tubuh mahkluk hidup. Sistem tersebut terus mengalami evolusi ke arah penyempurnaan bentuk. Organ-organ tubuh saling bekerja secara bersama agar keseluruhan sistem berfungsi secara teratur, aneka unsur di dalam masyarakat (ekonomi, negara, kesehatan, pendidikan, keagamaan) satu sama lain saling bekerja sama agar masyarakat dapat berfungsi dan teratur secara keseluruhan.Pandangan Spencer ini kemudian mempengaruhi Emile Durkheim (1858-1917), seorang sosiolog Perancis. Analogi tubuh atas masyarakat dari Spencer ini kemudian dinyatakannya sebagai paradigma Fungsionalisme Struktural. Paradigma ini memandang masyarakat sebagai sistem yang kompleks, dalam mana bagian-bagian di dalamnya saling berkait dan bekerja secara bersama guna memelihara stabilitas. Secara rinci, pandangan dari paradigma Fungsionalisme Struktural sebagai berikut :
1. bagian-bagian (struktur) suatu sistem sosial saling bergantung.
2. sistem sosial punya kondisi normal yaitu equilibrium (keseimbangan), dan
3. tatkala terganggu, bagian-bagian sistem segera mereorganisir dan menyesuaikan diri guna mengembalikan sistem sosial ke kondisi semula.
Bagi Durkheim, masyarakat itu mempengaruhi tindakan individu, tetapi sebaliknya, masyarakat itu ada setelah adanya individu. Baginya masyarakat harus dipahami sebagai sebuah fakta sosial. Fakta sosial ini terdiri atas hukum, moral, nilai, keyakinan agama, kebiasaan, pakaian, ritual, serta aturan-aturan sosial dan budaya yang mengatur kehidupan sosial. Paradigma Fungsionalisme Struktural ini sangat berpengaruh dalam kajian mengenai sistem sosial. Ia populer di Amerika Serikat melalui pemikiran dari Talcott Parsons (1902-1979) selama periode 1940 hingga 1950-an. Parsons inilah yang membentuk grand theory bagi Fungsionalisme Struktural ini. Grand Theory adalah tingkatan teorisasi abstrak dan menyeluruh, yang pertama kali coba menjelaskan struktur sosial melalui serangkaian penelitian. Robert K. Merton (1910-2003), murid dari Parsons, mulai beranjak ke arah middle-range theory. Middle-range theory adalah teori-teori yang lebih terbatas dan dapat diuji melalui penelitian. Merton mulai menjelaskan perilaku menyimpang (deviant), opini publik, ataupun bagaimana kekuasaan itu ditransmisikan dari satu generasi ke generasi lain.Merton juga menunjukkan kompleknya pola-pola sosial, dalam mana stuktur-struktur masyarakat yang bervariasi memiliki fungsi-fungsi yang juga berbeda. Ada fungsi yang disebut Merton sebagai manifest functions, yaitu fungsi yang nyata dan disengaja. Ada pula latent function, yaitu fungsi yang tidak diorganisir dan tidak disengaja. Seluruh fungsi ini dapat dikategorikan netral ataupun menguntungkan. Kendati begitu, beberapa fungsi dapat saja tidak diinginkan kehadirannya. Fungsi yang tidak diinginkan ini disebut social dysfunction.Manifest Function, Latent Function, dan Social Dyfunction sosial dapat dijelaskan lewat ilustrasi sebuah mobil. Mobil merupakan alat transportasi dan status bagi pemiliknya. Keduanya adalah manifest function. Mobil juga memungkinkan otonomi, yang membuat pemiliknya dapat datang dan pergi ke suatu tempat secara bebas. Ini merupakan Latent Function. Namun, mobil juga berdampak polusi bagi lingkungan. Ini merupakan social dysfunction dari mobil sebagai alat transportasi. Bagi paradigma Fungsionalisme Struktural, tatkala salah satu struktur sistem sosial berubah, maka struktur lainnya harus segera menyesuaikan diri. Perubahan ini dapat memiliki manifest, latent, ataupun disfungsi sosial. Sebagai gambaran atas ketiga fungsi ini dapat diambil contoh pengembangan mal Pondok Gede.Mal Pondok Gede memusatkan kegiatan perdagangan di satu tempat. Itu merupakan manifest function. Variasi barang dagangan, penarikan investasi, penyediaan lapangan kerja, merupakan serangkaian Latent Function yang mengikuti pendirian Mal Pondok Gede. Namun, kemacetan, berkurangnya resapan air, dan dibongkarnya rumah asal muasal nama Pondok Gede merupakan disfungsi sosial yang menyertainya.Fungsionalisme Struktural dikritik akibat penekanan yang terlampau berlebihan pada aspek keteraturan sosial. Keteraturan sosial ini dianggap tidak mampu menjelaskan perubahan sosial. Padahal, seperti telah dinyatakan Spencer, sistem sosial juga mengalami evolusi (perubahan berangsur) di dalam dirinya. Fungsionalisme Struktural juga dikritik tidak mampu menjelaskan fenomena konflik dan ketegangan akibat sejumlah faktor seperti ras, kelas, dan gender. Konflik dan ketegangan akibat faktor-faktor ini berdampak pada posisi-posisi sosial dan kehidupan. Selain itu, Fungsionalisme Struktural juga dikritik mengandung tautologi (argumen yang berputar-putar). Fungsionalisme Struktural juga tidak memuaskan dalam menjawab pertanyaan bagaimana sebuah struktur sosial baru muncul. Fungsionalisme Struktural menjadi tidak populer tahun 1960-an, tatkalan dunia banyak mengalami perubahan yang cepat.Akibat kritik-kritik ini, munculah sebuah paradigma lain yaitu Neofungsionalisme. Neofungsionalisme merupakan bentuk baru dari Fungsionalisme Struktural dan muncul tahun 1980-an melalui serangkaian penelitian Jeffrey C. Alexander (1998), Neil Smelser (1982), dan Niklas Luhmann (1982). Karya ketiganya merupakan revisi atas pandangan Talcott Parsons mengenai Fungsionalisme Struktural.
Koentjaraningrat, sistem sosial merupakan pola-pola tingkah laku manusia didalam masyarakat. Nasikun (2010:15), sistem sosial merupakan suatu sistem dari tindakan-tindakan. Terbentuk dari interaksi sosial, dan tumbuh berkembang tidak secara kebetulan tetapi telah terpola berdasarkan kesepakatan umum melalui internalisasi nilai-nilai dan norma.


G.               Konsep Pendidikan Luar Sekolah
1.                  Definisi pendidikan luar sekolah (PLS)
a.         Komunikasi Pembaruan Nasional Pendidikan
Pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.
b.         Phillips H. Combs
Pendidikan luar sekolah adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan di luar sistem formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan belajar.

2.                                                                                    Fungsi-Fungsi Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah memiliki fungsi dalam kaitan dengan kegiatan pendidikan
sekolah, kaitan dengan dunia kerja dan kehidupan. Dalam kaitan dengan pendidikan sekolah, fungsi PLS adalah sebagai substitusi, komplemen, dan suplemen. Kaitannya dengan dunia kerja, PLS mempunyai fungsi sebagai kegiatan yang menjembatani seseorang masuk ke dunia kerja. Sedangkan dalam kaitan dengan kehidupan, PLS berfungsi sebagai wahana untuk bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan seseorang.
a.                   Fungsi PLS sebagai substitusi pendidikan sekolah
Substitusi atau pengganti mengandung arti bahwa PLS sepenuhnya menggantikan
pendidikan sekolah bagi peserta didik yang karena berbagai alasan tidak bisa menempuh pendidikan sekolah. Materi pelajaran yang diberikan adalah sama dengan yang diberikan di pendidikan persekolahan. Contoh: pendidikan kesetaraan yaitu Paket A setara SD untuk anak usia 7-17 tahun, Paket B setara SLTP bagi anak usia 13-15 tahun, dan Paket C setara SLTA bagi remaja usia SLTA. Setelah peserta  didik menamatkan studinya dan lulus ujian akhir, mereka memperoleh ijazah yang setara SD, SLTP dan SLTA.
b.                  Fungsi PLS sebagai komplemen pendidikan sekolah
Pendidikan luar sekolah sebagai komplemen adalah pendidikan yang materinya melengkapi apa yang diperoleh di bangu sekolah. Ada beberapa alasan sehingga materi pendidikan persekolahan harus dilengkapi pada PLS. Pertama, karena tidak semua hal yang dibutuhkan peserta didik dalam menempuh perkembangan fisik dan psikisnya dapat dituangkan dalam kurikulum sekolah. Dengan demikian, jalur PLS merupakan wahana paling tepat untuk mengisi kebutuhan mereka. Kedua, memang ada kegiatan-kegiatan atau pengalaman belajar tertentu yang tidak biasa diajarkan di sekolah. Misalnya olah raga prestasi, belajar bahasa asing di SD, dan sebagainya. Untuk pemenuhan kebutuhan belajar macam itu PLS merupakan saluran yang tepat.   Bentuk-bentuk PLS yang berfungsi sebagai komplemen pendidikan sekolah dapat berupa kegiatan yang dilakukan d sekolah, seperti kegiatan ekstra kurikuler (pramuka, latihan drama, seni suara, PMR) atau kegiatan yang dilakukan di luar sekolah. Kegiatan terakhir ini dilakukan oleh lembaga-lembaga PLS yang diselenggarakan masyarakat dalam bentuk kursus, kelompok belajar dan sebagainya.
c.                   Fungsi PLS sebagai suplemen pendidikan sekolah
Pendidikan luar sekolah sebagai suplemen berarti kegiatan pendidikan yang materinya memberikan tambahan terhadap materi yang dipelajari di sekolah. Sasaran populasi PLS sebagai suplemen adalah anak-anak, remaja, pemuda atau orang dewasa, yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah tertentu (SD sampai PT). Mengapa mereka membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap tertentu sebagai tambahan pendidikan yang tidak diperoleh di sekolah? Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung sangat cepat,sehingga kurikulum sekolah sering ketinggalan. Oleh karena itu, lulusan pendidikan sekolah perlu menyesuaikan pengetahuan dan keterampilannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Hal itu dapat ditempuh  dengan melakukannya melalui PLS. Kedua, pada umumnya lulusan pendidikan sekolah belum sepenuhnya siap terjun ke dunia kerja. Oleh karena itu, lulusan tersebut perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang diminta oleh dunia kerja melalui PLS. Ketiga, proses belajar itu sendiri berlangsung seumur hidup. Walaupun telah menamatkan pendidikan sekolah sampai jenjang tertinggi, seseorang masih perlu belajar untuk tetap menyelaraskan hidupnya dengan perkembangan dan tuntutan lingkungannya.
d.                  Fungsi PLS sebagai jembatan memasuki dunia kerja
Pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai suplemen bagi lulusan pendidikan sekolah
untuk memasuki dunia kerja. Lepas kaitannya dengan pendidikan sekolah, PLS berfungsi sebagai jembatan bagi seseorang memasuki dunia kerja. Apakah orang tersebut memiliki iazah pendidikan sekolah atau tidak. Seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keaksaraannya di jalur PLS dan ia belum memiliki pekerjaan, dia memerlukan jenis pendidikan luar sekolah yang bisa membawa ke dunia pekerjaan.
e.                   Fungsi PLS sebagai wahana untuk bertahan hidup dan mengembangkan  kehidupan
Bertahan hidup (survival) harus melalui pembelajaran. Tidaklah mungkin seseorang bisa mempertahankan hidupnya tanpa belajar mempertahankan hidup. Demikian pula untuk mengembangkan mutu kehidupannya,seseorang harus melakukan proses pembelajaran. Belajar sepanjang hayat merupakan wujud pertahanan hidup dan pengembangan kehidupan. Pendidikan luar sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan dan belajar sepanjang hayat yang amat strategis untuk pengembangan kehidupan seseorang. Dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah kehidupan itu sendiri.

3.                  Ciri-ciri pendidikan luar sekolah (PLS)
a.                  Beberapa bentuk pendidikan luar sekolah yang berbeda ditandai untuk mencapai bermacam-macam tujuan.
b.                  Keterbatasan adalah suatu perlombaan antara beberapa PLS yang dipandang sebagai pendidikan formal dari PLS sebagai pelengkap bentuk-bentuk pendidikan formal.
c.                  Tanggung jawab penyelenggaraan lembaga pendidikan luar sekolah dibagi oleh pengawasan umum/masyarakat, pengawasan pribadi atau kombinasi keduanya.
d.                 Beberapa lembaga pendidikan luar sekolah di disiplinkan secara ketat terhadap waktu pengajaran, Teknologi modern, kelengkapan dan buku-buku bacaan.
e.                  Metode pengajaran juga bermacam-macam dari tatap muka atau guru dan kelompok-kelompok belajar sampai penggunaan audio televisi, unit latihan keliling, demonstrasi, kursus-kursus korespondensi, alat-alat bantu visual.
f.                   Penekanan pada penyebaran program teori dan praktek secara relative dari pada PLS.
g.                  Tidak seperti pendidikan formal, tingkat sistem PLS terbatas yang diberikan kredensial.
h.                  Guru-guru mungkin dilatih secara khusus untuk tugas tertentu atau hanya mempunyai kualifikasi professional dimana tidak termasuk identitas guru.
i.                    Pencatatan tentang pemasukan murid, guru dan kredensial pimpinan, kesuksesan latihan, membawa akibat peningkatan produksi ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan pendapatan peserta.
j.                    Pemantapan bentuk PLS mempunyai dampak pada produksi ekonomi dan perubahan sosial dalam waktu singkat dari pada kasus pendidikan formal sekolah.
k.                  Sebagian besar program PLS dilaksanakan oleh remaja dan orang-orang dewasa secara terbatas pada kehidupan dan pekerjaan.
l.                    Karena secara digunakan, PLS membuat lengkapnya pembangunan nasional. Peranannya mencakup pengetahuan, keterampilan dan pengaruh pada nilai-nilai program.
m.                Diselengarakan dengan tidak berjenjang, tidak berkesinambungan dan dilaksanakan dalam waktu singkat.

DAFTAR RUJUKAN

Widjaja, A.W. 1993. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Bumi Jakarta: Jakarta

Rogers, M.Everett dan Shoemaker, F.Floyd. 1981. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Usaha Nasional: Surabaya

Gudang Communication. 2011. Jenis-Jenis Komunikasi. (Online) (http://maribelajarkomunikasi.blogspot.com/2011/12/jenis-jenis-teori-komunikasi.html) diakses pada 11 November 2013

Dwi. 2011. Konsep Sistem Sosial dan Sistem Budaya. (Online) (http://wwwyuntisinspiration.blogspot.com/2013/10/blog-post_8.html) diakses pada 11 November 2013

0 komentar:

Posting Komentar